Cerita Denada Hampir Kehabisan Uang untuk Biaya Berobat Anak: Jual Aset Sampai Pasrah pada Tuhan
Selebriti | 15 Juli 2022, 12:37 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Penyanyi dan artis Denada mengaku beberapa kali mengalami kondisi ketika saldo tabungannya hampir terkuras habis saat tinggal di Singapura untuk mengobati putrinya yang menderita leukimia pada sekitar dua tahun lalu.
Ia mengaku beberapa kali melihat saldo tabungan di ATM-nya hanya Rp200 ribu.
"Itu beneran terjadi dan nggak cuma terjadi satu kali," kata Denada di program Rosi, Kamis (14/7/2022).
Penyanyi bernama lengkap Denada Elizabeth Anggia Ayu Tambunan itu menceritakan kondisinya yang harus menemani dan membiayai putrinya, Aisha, untuk menjalani pengobatan kanker darah selama bertahun-tahun hingga dinyatakan sebagai survivor (penyintas) leukimia di negara tetangga Indonesia itu.
"Saat di sana (Singapura) kami ngerasain banget, betapa luar biasanya (mahal -red) itu, dan yang pertama aku lakukan menjual aset, apapun yang aku punya. Yang pertama kali itu apartemen, sekarang juga masih menjual rumah," ujarnya.
Baca Juga: Putrinya Menderita Leukimia, Denada Rela Jual Mobil dan Rumah untuk Biayai Pengobatan di Singapura
Denada menjelaskan, sebelum memutuskan tinggal dan berobat di negeri Singa itu, dokter Aisha sudah mengingatkan mengenai biaya yang akan lebih mahal daripada Indonesia.
"Sebelum kami berangkat ke Singapura, dokter udah bilang sama kami kalau dibawa ke Singapura, harus ready, karena di sana itu bisa dua sampai tiga kali lipat biayanya," ujarnya mengenang.
Tak hanya biaya hidup dan pengobatan yang besar, persoalan lain yang juga harus dihadapi penyanyi rap itu ialah sepinya tawaran pekerjaan akibat pandemi.
Ia mengaku sempat merasa sedih dan takut ketika pengeluarannya lebih besar daripada pendapatannya. Sebab, sudah dua tahun ia tidak bekerja karena pandemi Covid-19.
"Nangis, sampai bener-bener nangis, tapi nangisku itu 'aku nggak mampu Ya Tuhan, aku menderita, aku kesulitan, aku takut,' tapi segitu aja," ucapnya.
Meski demikian, perempuan kelahiran 19 Desember 1978 itu mengaku tidak marah, melainkan selalu menjalani hari-harinya dengan pasrah kepada Tuhan.
"Aku selalu percaya, aku percaya di dalam hatiku yang paling dalam bahwa Tuhan itu Maha Pengasih, Maha Penyayang, Tuhan itu Maha Pemelihara hamba-hambanya. Jadi kita itu nggak mungkin dibiarin susah dan menderita tanpa ada kasih sayang Tuhan di situ," tuturnya sambil menitikkan air mata.
Baca Juga: Denada Tak Percaya Sang Putri Sembuh dari Leukemia, Ini Perjuangan 4 Tahun Putrinya Jadi Penyintas
Meski pasrah, Denada mengaku bahwa dirinya tetap berusaha mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya. Ia juga bercerita bagaimana ia meminta untuk diberi pekerjaan apa pun kepada manajer, teman, dan orang-orang yang ia kenal.
"Aku minta-minta tolong dengan segala cara, tapi lebih ke 'kasih aku kerjaan karena aku lagi perlu banget', aku juga bilang sama manajerku 'cariin aku pekerjaan' apapun," kata putri sulung Emilia Contessa itu.
Berkat usahanya itu, Denada menemukan pekerjaan baru sebagai instruktur zumba yang ia nilai membantunya secara mental.
"Bersyukur juga Tuhan kasih aku jalan jadi instruktur zumba, walaupun saat itu penghasilannya hanya dari kelas-kelas online, tapi aku merasa itu telah membantuku secara mental," ujarnya.
Dia juga mengaku tidak merasa gengsi untuk menghubungi semua kenalannya demi memperoleh pekerjaan dan mendapatkan pemasukan demi membiayai putri kesayangannya yang membutuhkan kemoterapi berkali-kali di National University Hospital Singapura.
"Ya itu, sampai sekarang aku masih begitu, aku nggak gengsi untuk nelfon temen-teman EO (event organizer -red), nelfon temen-temen yang ada di stasiun TV untuk bilang 'aku lagi di sini ya, kasih aku kerjaan ya, aku mau ngapain aja,' gitu," ucapnya.
Saat menghadapi berbagai kesulitan finansial itu, Denada mengaku meminta pertolongan kepada Tuhan sambil menangis dan bersungguh-sungguh.
"Aku bener-bener nggak berdaya, aku bilang aku benar-benar butuh pertolongan. 'Tolong aku, Tuhan tolong aku, Engkau lah yang paling mengerti kekhawatiranku,' kan Tuhan tahu, tapi aku mesti minta. Ya itu yang aku anggap sebagai ikhtiarku, usahaku," kata Denada.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV