> >

Baby Boomer Merasa Tak Cocok Bekerja dengan Generasi Milenial, Apa Alasannya?

Lifestyle | 3 Januari 2022, 17:00 WIB
Smart Inspiration – Happiness E37: Membongkar Karakter Millenial & Tips Sesuaikan Worklife Balance (Sumber: Dok. Medio KHedia)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Apakah Anda—generasi X atau baby boomer—pernah merasa tidak cocok bekerja dengan kolega yang lebih muda seperti milenial (generasi Y) dan generasi Z? Ketidakcocokan tersebut dapat berupa perbedaan perspektif soal pekerjaan itu sendiri, opini dalam diskusi, hingga kultur kerja.

Menurut Beresfod Research, generasi milenial atau gen Y ialah masyarakat kelahiran 1981-1996 dan berusia antara 25 sampai dengan 40 tahun di tahun ini.

Mengutip data dari Sensus Penduduk yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, generasi milenial menempati jumlah penduduk paling banyak kedua setelah generasi Z, dengan jumlah penduduk sebanyak 69,38 juta jiwa (25,87 persen dari total penduduk).

Beragam studi menyoroti ketidakcocokan antara generasi milenial dan generasi yang lebih tua dalam lingkungan kerja.

Berdasarkan penelitian dari Olivet Nazarene University, 1 dari 4 milenial memilih untuk keluar dari pekerjaannya akibat permasalahan dengan kolega yang lebih tua (boomer, kelahiran tahun 1946-1964).

Sebaliknya, 1 dari 3 boomer pun memilih keputusan yang sama akibat ketidakcocokan dengan kolega milenial.

Riset ini turut mengungkap hal-hal yang paling tidak disukai milenial dari seorang boomer. Ialah kepribadian yang “merasa serba tahu” (52 persen), kecenderungan untuk mendapatkan perlakukan khusus (47 persen), ego (34 persen), mengambil kredit atas pekerjaan orang lain (17 persen), dan kemalasan (16 persen).

Sebaliknya, boomer menilai kesulitan untuk bekerja dengan milenial adalah karena penggunaan ponsel (48 persen), kecenderungan untuk mendapatkan perlakukan khusus (41 persen), kemalasan (35 persen), datang ke kantor terlambat dan pulang cepat (30 persen), dan kepribadian yang “merasa serba tahu” (29 persen).

Di samping ini, para boomer memiliki kekhawatiran bahwa kolega milenial akan mengambil pekerjaannya sewaktu-waktu akibat kecakapan mereka untuk beradaptasi, kemampuan yang baik dalam mengoperasikan teknologi, ambisi yang kuat, dan lain-lain.

Perspektif soal Tujuan Bekerja

Ketidakcocokan antara milenial dan generasi sebelumnya juga bisa dilandasi oleh perbedaan perspektif soal tujuan bekerja.

Motivator nasional di bidang kepemimpinan dan kebahagiaan, Arvan Pradiansyah, mengungkap bahwa generasi yang lebih tua cenderung memiliki prinsip “hidup untuk bekerja (live to work)”, berbeda dengan milenial yang berpola pikir “bekerja untuk hidup (work to live)”.

“Mereka (generasi X dan boomer) hidup itu untuk bekerja. Jadi ketika mereka mendapatkan pekerjaan itu, mereka betul-betul melihat kehidupan itu sendiri ada dalam pekerjaan itu, karena itu mereka rela bekerja keras, banting tulang, hidup prihatin, mengurangi kenyamanan,” ucap Arvan, seperti dikutip dari episode ke-37 serial Smart Happiness pada podcast Smart Inspiration.

Sedangkan bagi generasi milenial, menurut Arvan, “Mereka bekerja itu ya untuk membiayai kehidupan mereka, gitu, sehingga mereka tidak melihat pekerjaan itu sebagai sesuatu yang harus dilakukan dengan susah-susah."

Milenial dipercaya sebagai generasi yang menyukai kecepatan dan kemudahan karena lahir dan tumbuh di masa ketika teknologi sudah berkembang lebih pesat. Generasi ini pun sering dianggap kurang menghayati proses alias berorientasi pada hasil.

Penulis : Nurul Fitriana Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU