Olvah Alhamid Ajak Masyarakat Cermati Perbedaan antara Duta dan Ikon PON XX Papua
Selebriti | 4 Juni 2021, 20:04 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Olvah Alhamid, finalis Puteri Indonesia asal Papua Barat 2015 mengatakan, siapapun yang ber-KTP Indonesia berhak terlibat dalam pekan olahraga nasional (PON).
Olvah mencoba memberikan pandangannya mengapa Nagita Slavina dijadikan ikon PON XX Papua.
Menurut Olvah Alhamid, Nagita Slavina sebagai ikon PON XX Papua lebih baik dihadapi dengan bijak.
Menurutnya, perbedaan pendapat ini tak perlu diperpanjang lagi.
Olvah Alhamid lantas memberi penjelasan soal perbedaan antara Duta dan Ikon.
"KITA SEMUA NONTON YUK JANGAN LUPA SHARE YAH @raffinagita1717 @boazsolossa. Penjelasan Bapak Roy Letrora. Semoga selesai ya polemik ini. Mari sama-sama menyukseskan kegiatan PON 2020 PAPUA ," ujarnya.
Baca Juga: Nagita Slavina Jadi Ikon PON XX Papua Diprotes, Menpora: Bukan Keputusan Pemerintah Pusat
"Duta itu merepresntasikan lokasi acara, karena itu kita pilih Boaz Solossa karena ia atlet Papua dengan prestasi yang bagus, nah untuk Ikon, tugasnya ini mensosialisasikan dan promosi PON secara nasional," ujar Roy Letrora dalam potongan wawancara yang diunggah akun Instagram Olvah Alhamid yang juga wanita asli Papua dan Finalis Putri Indonesia 2015.
"PON XX ini olahraga multievent bangsa indonesia, hanya Papua kini jadi tuan rumah. Nah kita sudah tunjuk Boaz jadi duta, sementara Raffi Ahmad dan Nagita Slavina jadi ikon juga melalui penilaian yang ketat sebelum ditunjuk panita, Jadi ini sudah menjawab ya, ada perwakilan Papua dan nasional,"
Baca Juga: Dede Yusuf Turut Kritik Pemilihan Duta PON XX Papua: Mestinya Olahragawan
Roy Letrora juga menjelaskan soal bajet untuk influencer yang nominalnya mencapai Rp11 miliar.
Penggunaan influencer juga dimaksudkan agar PON XX Papua berjalan meriah.
"Jadi perlu diketahui influencer ini juga tak hanya Raffi Ahmad dan Nagita Slavina ya, jadi untuk influencer lokal di Papua, itu ada 40, lalu influencer nasional itu sekitar 50 orang, dan itu dianggarkan Rp11 M," tukas Roy Letrora.
Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV