Forum Multi-Stakeholder Bahas Bioetanol: Dorong Diversifikasi Sumber untuk Dukung Bensin Hijau
Energi | 2 November 2024, 01:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV — Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen pemerintah mendorong pengembangan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif demi mengurangi emisi karbon dan polusi dari sektor transportasi.
Melalui bioetanol, pemerintah yakin dapat memperkuat ketahanan energi, mengurangi ketergantungan impor bahan bakar fosil, menghemat devisa negara dan memperbaiki defisit neraca perdagangan.
Namun, sejauh ini, pemerintah masih bergantung pada tebu sebagai bahan baku utama bioetanol yang membawa tantangan besar.
Di tengah wacana perluasan lahan tebu untuk memenuhi kebutuhan bioetanol, muncul kekhawatiran mengenai risiko deforestasi dan dampaknya terhadap wilayah adat, terutama di Merauke, Papua.
Ekspansi perkebunan tebu juga dikhawatirkan akan menambah emisi gas rumah kaca dalam rantai pasok produksi bioetanol, sehingga aspek lingkungan dan ekonomi menjadi sorotan dalam pengembangan bioetanol di Indonesia.
Tantangan tersebut mengemuka dalam diskusi publik bertajuk Bensin Hijau: Akankah Lestari dan Ekonomis? yang digelar oleh The Conversation Indonesia (TCID) di Jakarta pada Jumat (1/11/2024).
Diskusi ini menghadirkan Efendi Manurung dari Kementerian ESDM, Refina Muthia Sundari dari lembaga riset energi Traction Energy Asia, dan Soemitro Samadikoen dari Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), serta dihadiri lebih dari 200 peserta dari berbagai kalangan.
Baca Juga: Erick Thohir Ungkapkan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Bioetanol Segera Diluncurkan di Surabaya
Tantangan Pengembangan Bioetanol
Dalam pemaparannya, Efendi Manurung, Koordinator Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi di Kementerian ESDM menyebutkan, tantangan pengembangan bioetanol di Indonesia masih signifikan.
Namun, menurutnya, ini bisa diatasi dengan mendorong semua potensi yang dimiliki oleh Indonesia seperti misalnya jagung, kelapa sawit, pohon nipah, dan sorgum manis.
Sementara itu, Refina Muthia Sundari mengingatkan perlunya diversifikasi bahan baku untuk mengurangi dampak alih fungsi lahan tebu yang dapat memperburuk emisi.
Berdasarkan kajian Traction Energy Asia pada 2022, kontributor terbesar emisi di sektor ini berasal dari alih fungsi lahan dan emisi gas N2O dari aktivitas pertanian.
“Apabila tidak ada diversifikasi, justru akan semakin menjauhkan Indonesia dari target pengurangan emisi,” jelas Refina dalam siaran pers yang diterima KompasTV.
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV