> >

Jokowi Minta Kementerian ESDM Dorong Lifting Migas: Seliter Pun Tidak Boleh Turun

Energi | 11 Oktober 2024, 08:32 WIB
Sumur Eksplorasi R-2 yang terletak di lepas pantai (offshore) Aceh bagian barat. Presiden Joko Widodo meminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk meningkatkan lifting minyak dan gas dalam negeri. (Sumber: ANTARA/HO-PHE)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo meminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk meningkatkan lifting minyak dan gas dalam negeri. Jokowi menegaskan agar lifting minyak tidak boleh dibiarkan terus turun, karena hal tersebut akan meningkatkan impor dan menguras devisa negara.

“Jangan sampai lifting minyak kita, kita biarkan turun seberapa pun, seliter tidak boleh, harus naik, setiap tahun harus naik,” kata Jokowi saat menghadiri malam puncak Hari Ulang Tahun ke-79 Pertambangan dan Energi yang digelar di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis (10/10/2024). 

Pada kesempatan itu, Jokowi juga menekankan pentingnya hilirisasi dalam sektor ESDM sebagai strategi utama untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri. 

Menurut Presiden, sektor ESDM memiliki peran strategis dan potensi besar untuk memberikan multiplier effect bagi perekonomian nasional.

Baca Juga: Jokowi Segera Teken Kenaikan Tukin PNS Kementerian ESDM

“Kita tahu dari 2014 sampai hari ini PNBP yang diterima oleh negara dari ESDM, berarti 10 tahun, besar sekali, kurang lebih Rp1.800 triliun. Kalau melihat dua tahun yang lalu 2022 itu Rp348 triliun, kemudian di tahun 2023 itu Rp229 triliun per tahunnya juga sangat besar sekali,” ujar Jokowi. 

Ia mengatakan, nilai tambah dari komoditas ESDM, seperti tembaga, nikel, dan batu bara, harus tercipta di dalam negeri melalui hilirisasi. 

“Kita sudah 400 tahun lebih mengirim barang-barang mentah kita, bahan-bahan mentah kita, raw material kita ke luar negeri. Yang kaya mereka, yang menjadi negara maju mereka, kita tidak bisa melompat,” ucapnya. 

Mantan Wali Kota Solo itu juga menjelaskan tentang dampak hilirisasi nikel, yang melompat secara signifikan dari nilai ekspor bahan mentah sebesar 2,9 miliar dolar As pada 2020 menjadi 34,4 miliar dolar AS pada 2023. 

Baca Juga: Tanggapi Rumor Jatah 7 Menteri Prabowo dari Golkar, Bahlil: Saya Tidak Tahu!

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU