BPS Ungkap Konflik Israel-Iran Tak Berpengaruh Signifikan pada Perdagangan RI
Ekonomi dan bisnis | 23 April 2024, 07:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, konflik yang terjadi di Timur Tengah tidak berdampak secara signifikan pada perdagangan Indonesia ke Iran dan Israel.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkap, nilai ekspor Indonesia ke Iran hanya mencapai 195,13 juta dolar atau kira-kira sebesar 2,15 persen terhadap total ekspor Indonesia ke Timur Tengah pada 2023.
Sementara nilai ekspor Indonesia ke Israel hanya sebesar 165,77 juta dolar AS atau sekira 1,83 persen dari total ekspor Indonesia ke Timur Tengah sepanjang 2023.
"Jadi secara dampak langsung (konflik Iran-Israel) melalui perdagangan akan relatif minimal," kata Amalia dalam konferensi pers Neraca Perdagangan Maret 2024 di Jakarta, Senin (22/4).
Ia memaparkan, komoditas utama ekspor Indonesia ke Iran meliputi buah-buahan, kendaraan dan bagiannya serta berbagai produk kimia.
Baca Juga: Airlangga soal Eskalasi Konflik Iran-Israel: Geopolitik Belum Ada Apa-Apa, Kita Tenang Saja
Sementara dari Indonesia ke Israel, komoditas utama ekspornya antara lain lemak dan minyak hewan/nabati, alas kaki, serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya.
Selanjutnya, nilai impor Indonesia dari Iran sebesar 11,72 juta dolar AS atau 0,12 persen terhadap total impor Timur Tengah dan Israel sebesar 21,93 juta dolar atau 0,22 persen dari total impor Timur Tengah.
Sedangkan jika dilihat dari nilai perdagangan internasional ke Timur Tengah pada 2023, mencapai 19,20 miliar dolar AS atau 3,99 persen terhadap total nilai perdagangan dengan seluruh negara.
"Dari total tersebut, nilai ekspor Indonesia ke kawasan Timur Tengah sebesar 9,06 miliar dolar AS atau 3,50 persen terhadap total ekspor dan nilai impor sebesar 10,13 miliar dolar AS atau kira-kira 4,57 persen terhadap total impor," ujarnya.
Ia menjelaskan, tiga negara Timur Tengah dengan nilai perdagangan terbesar dengan Indonesia sepanjang 2023 adalah Arab Saudi (2,08 miliar dolar AS), Uni Emirat Arab (2,65 miliar dolar AS), dan Oman (0,34 miliar dolar AS).
Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada
Sumber : Antara