> >

Luhut Minta Semua Pihak Waspada Dampak El Nino: Kekeringan, Produksi Pangan Turun, Hingga Inflasi

Ekonomi dan bisnis | 27 April 2023, 12:27 WIB
Ilustrasi kekeringan. Para aktivis lingkungan dan hak asasi manusia menggelar unjuk rasa di Waduk La Vinuela yang mengering akibat kekeringan parah, dalam Hari Air Sedunia di La Vinuela, dekat Malaga, Spanyol (22/3/2023). Pemerintah Indonesia meminta semua pihak untuk bersiap melakukan upaya mitigasi menghadapi El Nino yang diprediksi akan terjadi pada Agustus mendatang. (Sumber: Antara)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta semua pihak, termasuk kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, untuk bersiap melakukan upaya mitigasi menghadapi El Nino yang diprediksi akan terjadi pada Agustus mendatang.

"Hari pertama pasca libur Idulfitri, ada satu hal yang penting untuk saya koordinasikan setelah mendapatkan banyak pertanyaan sekaligus merasakan langsung mengapa akhir-akhir ini suhu di beberapa daerah terasa begitu tinggi," kata Luhut dikutip dari akun Instagram pribadinya, Rabu (26/4/2023).

"Sekjen Organisasi Meteorologi Dunia menyatakan bahwa fenomena La Nina yang telah terjadi selama tiga tahun berturut-turut dan membawa cuaca lebih basah akhirnya telah berakhir. Sebagai gantinya El Nino akan membawa suhu menjadi tinggi sehingga membuat cuaca menjadi lebih kering," tambahnya.

Luhut menyatakan, berdasarkan data yang ia dapatkan, suhu laut juga telah mencapai rekor tertingginya setelah terakhir terjadi pada tahun 2016 yang lalu.

Belum lagi gelombang panas yang mendorong rekor suhu tertinggi di Asia akhir-akhir ini. Dari pemodelan cuaca, El Nino di prediksi akan terjadi pada Agustus 2023, meski ketidakpastian tingkat keparahan El Nino masih sangat tinggi.

Baca Juga: Ramadan Prihatin di Tengah Kekeringan Somalia, Warga Terpaksa Andalkan Takjil di Kamp Pengungsian

"Belajar dari pengalaman tahun 2015 lalu yang terjadi di Indonesia, El Nino berpotensi menyebabkan dampak kekeringan yang luas dan juga kebakaran hutan dan lahan di beberapa daerah. Hal ini tentunya berkorelasi terhadap turunnya produksi pertanian dan pertambangan berdasarkan data IMF," jelas Luhut.

"Belum lagi dampak luas terhadap inflasi Indonesia dikarenakan besarnya kontribusi inflasi pangan terhadap inflasi keseluruhan. Hal ini terjadi karena diperkirakan 41 persen lahan padi mengalami kekeringan ekstrim di tahun tersebut," sambungnya.

Ia kemudian menyampaikan Data World Food Programme yang menyebut bahwa 3 dari 5 rumah tangga kehilangan pendapatan akibat kekeringan. Lalu 1 dari 5 rumah tangga harus mengurangi pengeluaran untuk makanan akibat kekeringan.

Untuk itu, pemerintan akan bersiap dalam kondisi yang paling ekstrem sekalipun.

Baca Juga: Sungai Amazon di Brasil Kekeringan Parah, Hanya Enam Bulan usai Disapu Banjir Dahsyat

"Saya meminta seluruh K/L terkait juga Pemerintah Daerah untuk mulai bersiap sejak dini, memperhitungkan segala langkah yang mesti ditempuh agar pengalaman buruk delapan tahun lalu tidak terulang kembali. Setidaknya sejak saat ini kami menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino," tutur Luhut.

Salah satu antisipasi dampak kekeringan yang dilakukan pemerintah, adalah dengan mengimpor jutaan ton beras.

Seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo, saat melakukan tanam padi bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Kamis (6/4).

Jokowi menyebutkan, impor beras sebesar 2 juta ton yang ditugaskan kepada Perum Bulog bertujuan memperkuat cadangan BUMN tersebut dalam menghadapi fenomena cuaca El Nino atau musim kering.

Baca Juga: Setengah Wilayah Uni Eropa Berisiko Mengalami Kekeringan Parah, Kata Laporan Panel Komisi Eropa

"Itu untuk cadangan Bulog, karena kemungkinan akan ada yang namanya El Nino kering panjang, sehingga Bulog, Badan Pangan mempersiapkan diri dengan memperkuat cadangan berasnya," kata Jokowi dalam tayangan virtual yang diunggah akun YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta.

Menurut Presiden, penguatan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Bulog melalui importasi beras untuk mengantisipasi persaingan mendapatkan beras dengan negara lain ketika El Nino terjadi.

 


Kepala Negara tidak ingin stok beras sulit dicari di negara-negara pemasok, seperti Thailand, Vietnam, hingga India dan Pakistan.

Baca Juga: Musim Kemarau Hebat Landa Thailand, Indeks Panas Bangkok Hari Ini Tembus 50 Derajat Celsius!

"Jangan sampai nanti pas sudah musim kering panjang kita bingung mau beli beras ke Thailand, ke Vietnam, ke India, ke Pakistan barangnya enggak ada. Ini yang kita hindari karena El Nino tidak hanya di Indonesia saja, di negara-negara itu juga terjadi," terangnya.

Meski demikian, Presiden berharap impor beras ini tidak mengganggu harga gabah kering panen di tingkat petani.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber :


TERBARU