Tahun 2022 Diakui Sangat Brutal, Sri Mulyani Jelaskan Bagaimana Pengaruhnya ke Indonesia
Ekonomi dan bisnis | 3 Januari 2023, 18:35 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa situasi ekonomi dunia sepanjang 2022 diwarnai berbagai gejolak. Pasalnya, gejolak ini kemudian menggerus dari sisi permintaan dan menjadi pemicu perlambatan ekonomi dunia.
"Gejolak terus menggerus sisi permintaan dan menyebabkan proyeksi pertumbuhan global direvisi ke bawah," kata Sri Mulyani, dalam Konferensi Pers: Realisasi APBN 2022, Selasa (3/1/2022).
Proyeksi pertumbuhan ekonomi global IMF bahkan direvisi beberapa kali. Pertama 4,4 persen dan kemudian direvisi 3,6 persen, hingga menjadi 3,2 persen pada akhir 2022.
Pada 2023, IMF menegaskan bahwa mereka masih cukup hati-hati. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2023 akan mencapai 2,7 persen, turun dari 3,8 persen.
"Ini menggambarkan peta jalan ke depan, ke depan tantangannya mirip 2022 dan pelemahannya mungkin mulai terjadi secara nyata di dunia," katanya.
Tak pengaruhi Indonesia secara signifikan
Melihat tren pelemahan di global tersebut, Sri Mulyani mengatakan Indonesia harus bersyukur karena ekonominya bisa tumbuh di atas 5 persen selama empat kuartal berturut-turut sejak kuartal IV-2021 hingga kuartal III-2022.
“Kami masih memperkirakan sampai dengan akhir tahun, momentum pemulihan masih akan bertahan. Meskipun memang kita tidak sama sekali imun atau dalam hal ini tidak terpengaruh dari suasana Global. Pasti Ada pengaruhnya namun daya tahan perekonomian kita nampaknya cukup baik,” ujarnya.
Baca Juga: Sri Mulyani Tepis Kabar Gaji Rp5 Juta Kena Pajak 5 Persen, Ini Penjelasannya
Hal ini tampak dengan pertumbuhan yang tetap terjaga dan melihat di Kuartal ke-IV ini kondisi dari kegiatan ekonomi juga masih relatif baik. Ini tentunya memberikan optimisme, tetapi tetap harus hati-hati karena memang imbas gelombang gejolak dunia begitu dahsyat.
“Tahun 2022 itu diakui sebagai tahun yang sangat brutal di seluruh dunia karena banyak negara-negara maju capital marketnya (pasar modal) merosot sangat tajam, pun marketnya juga mengalami imbas yang sama,” tuturnya.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV