> >

Mendag Zulhas Cerita Alasan Jokowi Akhirnya Putuskan Impor Beras

Kebijakan | 28 Desember 2022, 10:54 WIB
Proses bongkar muat beras impor dari Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (16/12/2022). Perum Bulog memastikan stabilitas harga beras setelah kedatangan 10.000 ton beras impor dari Vietnam. Pemerintah mengimpor 500.000 ton beras dari Vietnam, Thailand, Pakistan, dan Myanmar yang akan masuk secara bertahap hingga Februari 2023 atau sebelum panen raya. (Sumber: Kompas.id/ADRYAN YOGA PARAMADWYA)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menceritakan mengapa akhirnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi membuka keran impor beras.

Mendag mengklaim, dirinya sebenarnya menentang impor beras. Penolakan itu ia sampaikan dalam dua rapat terbatas (ratas) kabinet.

Zulhas berpendapat, data Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan adanya surplus beras hingga 7 juta ton. Data tersebut disebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Sehingga sebenarnya tidak perlu impor beras.

Namun di sisi lain, Perum Bulog menyatakan bahwa stok cadangan beras mereka hanya tersisa 500.000ton, dari stok ideal 1,2 juta ton. Di saat yang bersamaan, harga beras di pasaran juga terus meningkat, bahkan peningkatannya mencapai hampir Rp1.000/kg.

"Beras itu naik Rp100 perak saja pengaruhnya inflasi tinggi sekali. Apalagi naik Rp1.000. Bahkan dari Rp1.000 itu Pak Harto jatuh. Jadi kalau beras itu menyangkut hajat hidup orang banyak, sangat strategis," tutur Zulhas seperti dikutip dari Antara, Selasa (27/12/2022).

Baca Juga: Siap-Siap! Orang Kaya Naik KRL akan Kena Tarif Khusus yang Lebih Mahal

Presiden Jokowi pun akhirnya memerintahkan Bulog untuk segera menyerap pasokan beras di lapangan bersama Mendag dan Mentan. Sayangnya, meski aturannya berhasil diubah karena Bulog kini bisa membeli dengan harga maksimal alih-alih harga minimal seperti sebelumnya, pemerintah tidak menemukan pasokan beras untuk dibeli.

"Kita carilah beras, beli Rp10.000/kg, tidak ada juga. Itu sudah minggu kedua. Mau beli gabah Rp6.000/kg juga tidak ada karena belum panen, mana ada gabah. (Harga) beras masih naik terus karena orang tahu stok Bulog sedikit, confidence (kepercayaan) pasar terganggu," jelas Zulhas.

 

Di tengah kondisi harga beras semakin tinggi dan pasokan yang tidak kunjung ada itulah akhirnya Presiden Jokowi memutuskan impor beras.

"Akhirnya satu bulan mencari beras tidak ada, Bulog harus operasi pasar, tinggal 300.000 stoknya. Akhirnya diputuskanlah kepada Mendag, impor 200.000 ton dan 300.000 ton beras sampai Januari 2023," imbuhnya.

Baca Juga: Zulkifli Hasan Meragukan Pernyataan Menteri Pertanian soal Surplus Beras 7 Juta Ton

Mendag Zulhas menuturkan, telah meminta Bulog untuk menghabiskan pasokan mereka untuk operasi pasar guna menekan kenaikan harga beras yang hingga saat ini masih cenderung naik.

Permintaan itu disampaikan lantaran pasokan beras impor akan segera datang.

"Kita minta Bulog agar berasnya dihabiskan saja untuk operasi pasar agar bisa menekan harga yang sekarang terus masih naik. Masih cenderung naik nih, belum turun-turun harga beras. Saya minta dihabiskan. Toh nanti Februari kan beli. Bulog masih takut-takut karena nggak ada pengalaman kayak kita kan. Kalau kita kan sudah biasa pertarungan lapangan, jadi biasa," ungkapnya.

Ia pun memastikan impor 500.000 ton beras yang dilakukan pemerintah pada akhir tahun ini, hanya sampai bulan Januari 2023. Impor tidak akan berlanjut hingga panen raya pada Februari hingga Maret 2023 mendatang.

"Impor 200.000 ton dan 300.000 ton itu sampai Januari (2023). Impor 200.000 ton Desember (2022) tapi baru masuk 70.000 ton. Akan masuk lagi Januari (2023). Saya bilang sampai Januari. Februari, Maret jangan impor lagi karena mau panen," terangnya.
 

Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada

Sumber : Antara


TERBARU