> >

Indonesia Dibilang Didikte, Luhut Jabarkan Apa Saja Andil China dalam Perekonomian Dalam Negeri

Ekonomi dan bisnis | 29 Oktober 2022, 11:13 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Peluncuran Laporan Kegiatan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) Perusahaan-perusahaan Tiongkok di Indonesia di Jakarta, Jumat (28/10/2022). (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Andil China dalam perekonomian Indonesia dinilai masih bisa bertahan dengan baik di tengah gejolak ekonomi global.

Hal tersebut dinyatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Peluncuran Laporan Kegiatan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) Perusahaan-perusahaan Tiongkok di Indonesia di Jakarta, Jumat (28/10/2022).

Luhut pun menuturkan tentang kerja sama yang begitu hebat dengan negara China yang nyatanya bisa membuat Indonesia mempertahankan ekonominya seperti sekarang ini.

“Khususnya dalam delapan tahun terakhir, ada banyak kemajuan atas kerja sama yang konstruktif antara Tiongkok dan Indonesia,” ujarnya, dikutip dari Antara.

Luhut menyebut, sejak Presiden Xi Jinping memprakarsai Belt and Road Initiative atau Jalur Sutera dan Jalur Maritim Abad ke-21 pada 2013, hal itu juga turut mendukung visi strategis Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia.

Perusahaan-perusahaan Tiongkok turut mendukung hilirisasi serta melakukan transfer teknologi dalam investasinya di Indonesia.

Baca Juga: Sudah Hadapi Sejumlah Masalah, Luhut Yakinkan Proyek Kereta Cepat Selesai Pertengahan 2023

"Dalam beberapa tahun terakhir terus berkembang, bisa dilihat dari pertumbuhan sektor-sektor kritis dan semua itu saling menguntungkan. Saya ulangi, saling menguntungkan. Saya lihat Tiongkok juga memberikan teknologi terbaik dia, dan juga Tiongkok memberikan transfer teknologi, mendirikan politeknik di berbagai industri," paparnya.

Secara angka, defisit perdagangan antara Indonesia dengan Tiongkok pun terus menurun dari 17 miliar dolar AS pada 2019 menjadi hanya 2,5 miliar dolar AS pada 2021.

Baca Juga: Presiden China Xi Jinping Disebut Segera Melawat ke Arab Saudi usai Riyadh Diancam AS

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Gading-Persada

Sumber : Antara


TERBARU