La Nina Menguat, Petani Berisiko Besar Gagal Panen
Ekonomi dan bisnis | 13 Oktober 2022, 16:59 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Petani menghadapi risiko gagal panen menyusul prediksi La Nina yang menguat hingga Desember 2022 dan mereda pada Maret 2023. Hal ini juga berpotensi pada turunnya kualitas panen dan mundurnya panen raya awal 2023.
Diketahui, Kantor Meteorologi (Bureau of Meteorology) Australia merilis, Selasa (10/11/2022), indikator atmosfer dan lautan menunjukkan adanya La Nina kuat hingga awal 2023 di Samudra Pasifik. La Nina akan mereda pada Maret 2023.
Jika kadar air tinggi harganya rendah
Curah hujan tinggi membuat kadar air pada gabah kering panen (GKP) meningkat. Akibatnya, petani tidak dapat menjual gabah dengan harga terkini yang sedang tergolong tinggi.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik, rata-rata harga GKP di tingkat petani per September 2022 dengan kadar air 14,01-25 persen sebesar Rp 5.142 per kilogram (kg). Sementara, harga GKP dengan kadar air di atas 25 persen sebesar Rp 4.933 per kg.
Tak hanya beras, Kepala Badan Pangan Nasional (BPN) Arief Prasetyo Adi menyebutkan, hasil panen jagung juga patut menjadi perhatian
Curah hujan tinggi akibat La Nina dapat berdampak pada kenaikan kadar air jagung yang meningkatkan potensi cemaran aflatoksin.
“Kami akan menyiapkan pengering di silo-silo, baik untuk gabah maupun jagung. Pengeringan sudah tidak bisa lagi menggunakan cara lantai jemur,” katany, Rabu (12/10/2022), seperti dikutip dari Kompas.id.
Menurut Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University Dwi Andreas Santosa, musim tanam pada November 2022 akan bergeser lantaran potensi gagal tanam akibat banjir.
“Dampaknya, waktu panen pada Februari-Maret 2023 akan bergeser,” ujarnya yang juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI).
Stok beras
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Purwanto
Sumber : Kompas.id