Inflasi AS Turun karena Harga BBM, Inflasi China Disumbang Kenaikan Harga Daging Babi
Ekonomi dan bisnis | 11 Agustus 2022, 08:58 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV - Inflasi China tercatat sebesar 2,7 persen pada Juli 2022, dibanding Juli 2021. Biro Statistik Nasional (NBS) China menyatakan, harga nonmakanan naik 1,9 persen dari tahun sebelumnya, berkurang dari kenaikan 2,5 persen pada Juni.
Sedangkan jika dibanding Juni 2022, Indeks Harga Konsumen (IHK) yang menjadi pengukur inflasi, naik tipis 0,5 persen. Penyebabnya adalah kenaikan harga daging babi dan sayuran segar, serta faktor musiman.
Mengutip dari Bloomberg, Kamis (11/8/2022), kenaikan harga daging babi yang sebesar 25,6 persen dibanding Juni 2022, menjadi penyumbang utama inflasi China.
Secara khusus, harga daging babi, daging pokok di China, meningkat 25,6 persen bulan ke bulan pada Juli, sebagian karena keengganan beberapa peternak babi untuk menjual, sementara permintaan konsumen pulih.
Baca Juga: Imbas Inflasi dan Harga Bahan Pangan Naik, KFC di China Bikin Menu Baru Ceker Ayam
Kemudian harga sayuran segar naik 10,3 persen karena suhu tinggi yang terus menerus di banyak wilayah negara, sementara harga buah segar turun 3,8 persen karena meningkatnya pasokan pasar.
Sementara itu, inflasi Amerika Serikat pada bulan Juli tercatat sebesar 8,5 persen dibanding Juli 2021. Angka tersebut turun dari Juni 2022, yang tercatat sebesar 9,1 persen.
Departemen Tenaga Kerja AS merilis, turunnya biaya bensin menjadi penyebab inflasi tidak naik. Sedangkan makanan adalah salah satu komponen CPI yang tetap tinggi di bulan Juli, naik 1,1 persen bulan lalu setelah naik 1,0 persen di bulan Juni.
Baca Juga: Sri Mulyani: Inflasi Juli 2022 Sentuh 4,94 Persen, Relatif Moderat Dibandingkan Negara Selevel
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber :