Meski Pasar dan Harga Global Masih Lesu, Ekspor CPO Dinilai Ekonom Tetap Perlu Didorong
Kebijakan | 28 Juli 2022, 04:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ekspor crude palm oil (CPO) atau minyak sawit tetap perlu terus didorong, kendati pasar dan harga CPO masih lesu.
Hal ini diungkapkan Head of Industry and Regional Research PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani.
Menurutnya, ekspor tersebut perlu ditopang dengan serapan CPO di dalam negeri baik untuk industri minyak goreng maupun program B35 agar tangki-tangki CPO cepat kosong.
"Kebijakan DMO juga perlu dihapus, mengingat kebijakan itu sebenarnya bersifat sementara untuk menstabilkan harga minyak goreng di dalam negeri," ujarnya, Selasa (26/7/2022), dikutip dari Kompas.id.
Saat ini, harga minyak goreng juga sudah turun cukup signifikan dan stok CPO melimpah.
"Harga CPO memang akan terkoreksi dan bakal membentuk kesimbangan baru. Ke depan, serapan pasar juga akan berangsur-angsur pulih," terangnya.
Tim Ekonom Mandiri memperkirakan, harga CPO global akan turun bertahap. Harga rata-rata CPO pada 2023 diperkirakan mencapai 939,3 dollar AS per ton dan pada 2024 sebesar 780,7 dollar AS per ton.
Baca Juga: Lesunya Permintaan Global Jadi Tantangan Besar Soal Ekspor CPO Indonesia
Di sisi lain, berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan (Kemendag) di 216 pasar di seluruh Indonesia, per 25 Juli 2022 harga rata-rata nasional minyak goreng curah Rp 14.500 per liter, turun 9,94 persen dari bulan lalu.
Begitu pula harga minyak goreng kemasan sederhana yang turun 12,11 persen secara bulanan menjadi Rp 19.600 per liter.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas.id