> >

Arab Saudi Kembali Jadi Pemasok Minyak Mentah Utama China

Ekonomi dan bisnis | 21 Maret 2022, 11:50 WIB
Foto Dokumen: Sebuah kapal tanker minyak mentah terlihat di Pelabuhan Qingdao, provinsi Shandong, China, 21 April 2019. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

BEIJING, KOMPAS.TV – Arab Saudi kembali menjadi pemasok minyak mentah utama China dalam dua bulan pertama di 2022, setelah dilompati oleh Rusia pada Desember.

Sementara pengiriman Rusia turun 9,0 persen karena pemotongan kuota impor menyebabkan penyulingan independen mengurangi pembelian.

Dari data Administrasi Umum Kepabeanan, Minggu (20/3/2022) menunjukkan, kedatangan minyak mentah Saudi mencapai 14,61 juta ton pada Januari-Februari atau setara dengan 1,81 juta barel per hari (bph). Jumlah tersebut turun dari 1,86 juta barel per hari setahun sebelumnya.

Sementara, impor dari Rusia mencapai 12,67 juta ton dalam dua bulan atau 1,57 juta barel per hari. Jumlah itu turun dibandingkan dengan 1,72 juta barel per hari pada periode 2021 sebelumnya.

Permintaan minyak mentah ESPO andalan Rusia dari kilang-kilang independen China yang dikenal sebagai "teko", terpukul oleh tindakan keras Beijing terhadap penghindaran pajak dan perdagangan ilegal kuota impor.

Baca Juga: India Abaikan Sanksi Amerika Serikat atas Rusia, akan Terus Beli Minyak Mentah dari Rusia

Pemerintah juga memotong batch pertama dari tunjangan impor minyak mentah 2022 ke "teko", yang bertujuan untuk menghilangkan kapasitas penyulingan yang tidak efisien.

Melansir dari Antara, impor dari Rusia bisa jatuh pada Maret karena pembeli di seluruh dunia menghindari kargonya setelah krisis Ukraina yang semakin intensif. Tetapi laporan menyebutkan, produsen Rusia Surgutneftegaz bekerja dengan China untuk melewati sanksi Barat dan mempertahankan penjualan minyak.

Data bea cukai pada Minggu (20/3/2022) menunjukkan bahwa 259.937 ton minyak mentah Iran tiba di China pada Januari, sekitar tingkat yang sama seperti pada Desember 2021, impor pertama yang dicatat oleh data resmi China sejak Desember 2020.

Pengiriman itu dilakukan ketika Teheran dan negara-negara Barat mengadakan pembicaraan tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, menunjuk pada kemungkinan pencabutan sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/Antara


TERBARU