Credit Suisse Tampung Rp1.430 T Dana Pencucian Uang Kartel Narkoba hingga Diktator
Ekonomi dan bisnis | 23 Februari 2022, 13:42 WIBPARIS, KOMPAS.TV- Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) menyatakan, bank investasi asal Swiss, Credit Suisse telah menampung uang milik sejumlah tokoh bermasalah dari seluruh dunia. Mulai dari dana pelaku perdagangan manusia, bandar narkoba, hingga diktator.
Mengutip AFP, Rabu (23/2/2022), laporan itu didapat dari hasil investigasi gabungan 160 wartawan di 48 media dari berbagai negara, terhadap dokumen Swissleaks yang dibocorkan kepada harian Jerman, Sddeutsche Zeitung (SZ) tahun lalu. OCCRP sendiri baru merilis laporannya pada akhir pekan lalu.
Swissleaks yang diterima harian SZ berisi dokumen dari 18.000 rekening milik 37.000 nasabah perorangan atau perusahaan, dengan tentang waktu tahun 1940-an hingga 2010-an.
Harian SZ lalu membagikan data itu kepada OCCRP dan 48 organisasi berita lain. Tiga di antaranya yakni New York Times, The Guardian dan Le Monde.
Baca Juga: Arkeolog Yordania dan Prancis Temukan Kuil Berusia 9.000 Tahun di Gurun Yordania
Total dana yang dihimpun Credit Suisse dari belasan ribu rekening itu mencapai 100 miliar dollar AS atau sekitar Rp1.430 triliun (asumsi kurs Rp14.300).
Fakta lain yang diungkap, hanya 1 persen rekening berasal dari Eropa Barat. Sedangkan sisanya berasal dari negara-negara berkembang di Afrika, Timur Tengah, Asia dan Amerika Selatan.
Nama-nama yang disebut punya rekening di Credit Suisse diantaranya Raja Yordania Abdullah II, kepala mata-mata Yaman yang terlibat dalam penyiksaan, putra-putra orang kuat Azerbaijan, raja obat bius Serbia, dan mantan wakil menteri energi Venezuela Nervis Villalobos yang dituduh menjarah kekayaan minyak Venezuela.
Kebocoran dokumen itu menggegerkan dunia keuangan, lantaran perbankan Swiss selama ini dikenal sangat ketat menjaga kerahasiaan nasabahnya. UU Kerahasiaan Bank Swiss mengancam pidana bagi wartawan yang mengungkap praktik gelap dunia keuangan.
Baca Juga: WHO: Omicron Subvarian BA.2 Tidak Lebih Parah dari BA.1, tapi Bisa Infeksi Manusia 2 Kali
Penulis : Dina Karina Editor : Vyara-Lestari
Sumber : AFP