> >

Ini Jurus Sri Mulyani Kumpulkan "Amunisi" untuk Hadapi Krisis

Ekonomi dan bisnis | 28 Oktober 2021, 13:43 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut kondisi keuangan negara yang sehat penting untuk modal.menghadaoi krisis. (Sumber: Kementerian Keuangan)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, sangat penting bagi sebuah negara mempunyai kondisi keuangan yang sehat. Sehingga bisa tahan terhadap krisis.

Ia menyatakan, pemerintah Indonesia terus berupaya menyehatkan keuangan negara dengan mengumpulkan "amunisi" untuk menghadapi krisis.

"Debt to GDP ratio kita turunkan, defisit diturunkan sehingga kita punya fiscal space. Jadi begitu terjadi hantaman, space itu yang dipakai," kata Sri Mulyani dalam acara peringatan ulang tahun Kontan, dikutip Kamis (28/10/2021).

Sri Mulyani menjelaskan, saat krisis 1998 utang Indonesia tinggi karena penerbitan obligasi. Kemudian pemerintah Indonesia menyehatkan keuangan negara hingga pada 2008 terjadi krisis keuangan, lalu disehatkan lagi hingga pandemi Covid-19 menghantam.

Baca Juga: Satgas Sudah Panggil 22 Obligor dan Debitur BLBI, Sebagian Tidak Ngaku Punya Utang ke Negara

"Nah semua itu ujungnya beban negara, jadi kalau sekarang semua orang melihat keuangan negara dengan detil itu saya seneng banget. Orang tahun 97-98 enggak ada yang lihat APBN, dianggap take it for granted. 2008 juga enggak ada yang lihat APBN," tutur Sri Mulyani.

"Sekarang semua orang ngurusin utang, jadi it's good bahwa kita punya ownership kepada keuangan negara. Bahwa keuangan negara itu penting untuk hadir di saat ada kemungkinan terjadinya krisis," ujarnya.

Sebelumnya, Sri Mulyani menjelaskan penyebab utang Indonesia tinggi pada 1998. Saat itu perbankan dan perusahaan besar yang mempunyai pinjaman dalam bentuk dollar AS, menjadi yang paling terdampak.

Lantaran mereka meminjam saat nilai tukar masih Rp2.500 per dollar AS. Lalu meningkat jadi Rp5.000, Rp10.000, hingga Rp17.000 per dollar AS.

Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.000 Triliun, Kata BI Masih Aman

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU