Kementan Sebut Stok Jagung Ada 2,3 Juta Ton, Terus Kenapa Harganya Mahal?
Ekonomi dan bisnis | 22 September 2021, 11:31 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Kementerian Pertanian menegaskan, stok jagung sebanyak 2,3 juta ton memang benar ada. Direktur Serelia Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Moh. Ismail Wahab mengatakan, stok jagung sebanyak itu ada di beberapa tempat.
Yaitu di Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) sebanyak 722.000 ton. Lalu, di pengepul 744.000 ton, di agen 423.000 ton, dan sisanya di usaha lain sampai eceran ke rumah tangga.
Ismail menjelaskan, setiap pekan Kementan selalu memperbaharui data pasokan jagung. Hal itu dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan dan Pusat Data dan Informasi Pertanian.
"Badan Ketahanan Pangan melakukan survei periodik stok jagung di pengepul, gudang GPMT, dan pasar. Sedangkan Pusdatin kami secara langsung melalui mantri tani dan harmonisasi data BPS. Datanya sama," kata Ismail dalam keterangan tertulisnya, Rabu (22/9/2021).
Baca Juga: Suroto Kaget Dapat Bantuan Khusus 20 Ton Jagung dari Jokowi
Menurut Ismail, masalah yang menyebabkan harga jagung mahal adalah distribusi yang tersendat. Bukan karena pasokan minim.
"Masalahnya saat ini bukan produksi, namun distribusi jagung ke peternak yang terhambat. Kami punya data stok, silahkan tanya kami bila benar ingin menyelesaikan perkara jagung peternak mandiri," ujarnya.
Ia menambahkan, bulan September hingga Oktober adalah masa panen jagung yang ditanam di lahan sawah. Kementan mempersilahkan bila ada yang meragukan untuk mengecek sendiri ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di sisi lain, saat ini memang ada kecenderungan pabrik pakan besar dan pengepul untuk menyimpan jagung dalam jumlah besar. Lantaran mereka khawatir pasokan jagung untuk pakan terganggu, akibat kurangnya produksi dan harga jagung internasional juga sedang tinggi.
Baca Juga: Jokowi Minta Harga Jagung Rp4.500 per Kg, Kemendag Langsung Siapkan Regulasi Subsidi Harga
"Harga jagung di petani masih tinggi, karena pabrik juga masih berani membeli tinggi. Sementara harga pasar dunia naik 30 persen. Saya kira regulator harga jagung harus melakukan intervensi aktif. Kasian peternak mandiri kita," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi merespons Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam, yang mempersoalkan harga jagung mahal. Mendag mempertanyakan jika stok jagung memang ada tidak mungkin harganya meroket seperti sekarang ini.
"Masalah harga jagung, kalau kita punya sekarang 2,3 juta ton jagung, mungkin tidak harganya naik meroket seperti itu. Jadi kalau ada barangnya, sekarang kita jangan bicara jutaan, bicara 7.000 saja tidak ada untuk kebutuhan 1 bulan di Blitar," tutur Lutfi dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI, Selasa (21/9/2021).
Pernyataan Lutfi itu sangat berbeda dengan yang disampaikan oleh Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi, yang mengklaim stok jagung ada 2,3 juta ton.
Baca Juga: Suroto, Peternak Ayam Blitar yang Diundang ke Istana: Jual Motor Sampai Tanah Demi Menyambung Hidup
Kementerian Perdagangan menyatakan, kenaikan harga jagung di dalam negeri disebabkan pasokan dalam negeri yang sedang berkurang dan harga internasional yang memang sedang tinggi. Faktor supercyle disebut menjadi biang keladinya.
Commodity supercycle merupakan periode di mana harga-harga komoditas mengalami kenaikan dalam waktu panjang. Biasanya periode ini terjadi setelah krisis.
Saat ini, supersiklus komoditas disebabkan pandemi Covid-19, bergesernya masa tanam dan panen, hingga mahalnya biaya pengiriman lewat kontainer. Namun, harga internasional untuk jagung sebenarnya sudah mulai turun.
Per 16 September 2021, harga jagung yang mengikuti harga internasional di tingkat distributor sebesar Rp5.000/kg. Sedangkan para peternak masih membeli jagung dengan harga Rp6.000.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber :