> >

Harga Cabai Anjlok, Tanaman Tak Terurus dan Petani Pasrah

Ekonomi dan bisnis | 30 Agustus 2021, 09:17 WIB
Buah cabai merah dibiarkan layu di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (29/8/2021), karena harga yang anjlok saat ini. (Sumber: Kompas.id/Defri Werdiono)

MALANG, KOMPAS.TV – Sejumlah petani di Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengeluhkan harga cabai yang terus merosot dalam beberapa pekan terakhir.

Saat ini harga cabai rawit di pasar grosir hanya Rp 8.000 per kg, anjlok drastis dari harga pada akhir Juli Rp 35.000 per kg.

Diketahui, harga cabai rawit di Pasar Grosir Sayur Mayur Mantung, Kecamatan Pujon, terus merosot dan saat ini hanya dihargai di angka Rp 8.000 per kilogram (kg).

Sementara untuk harga cabai besar Rp 5.500 per kg, cabai rawit hijau Rp 4.000 per kg, dan cabai keriting Rp 6.000 per kg.

Padahal, pada akhir Juli lalu, harga cabai rawit di pasar ini tercatat masih di angka Rp 35.000 per kg, kemudian harga cabai besar Rp 8.000 per kg, cabai rawit hijau Rp 13.000 per kg, dan cabai keriting Rp 16.000 per kg.

Bahkan, harga cabai pada pertengahan Agustus masih tembus Rp 13.000 per kg untuk rawit, Rp 6.000 per kg untuk cabai besar, Rp 10.000 per kg untuk cabai rawit hijau, dan Rp 8.000 per kg untuk cabai keriting.

Didik (47), petani di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso membenarkan harga cabai yang anjlok tersebut. Menurutnya, masuknya cabai dari daerah lain ke Malang diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya harga jual petani setempat.

Baca Juga: Harga Cabai Rawit di Pasar Tradisional Anjlok

Harga cabai rawit di tingkat petani di Bocek pernah menyentuh angka terendah dalam beberapa tahun terakhir, yakni Rp 6.000 per kg, pada pekan lalu.

”Sekarang sudah naik, tetapi masih di bawah Rp 10.000 per kg. Semua cabai sekarang harganya anjlok, tidak hanya cabai rawit, tetapi juga cabai besar,” katanya, Minggu (29/8/2021), seperti dikutip dari Kompas.id.

Didik mengungkapkan, rendahnya harga jual membuat beberapa petani di daerahnya sengaja membiarkan begitu saja buah cabai di lahan, tidak dipetik.

”Untuk ongkos petik saja Rp 40.000-Rp 45.000 per orang sehari. Biaya petik ini tidak sebanding dengan pendapatan. Akhirnya tanaman dan buahnya dibiarkan begitu saja. Tidak lagi dirawat sampai musim tanam berikutnya,” ujarnya.

Sementara, Sukardi (70), petani lain di Desa Bocek, mengatakan, meski harga rendah, cabai hasil panen petani tetap terjual. Tengkulak tetap datang dan mereka baru membayar setelah cabai itu terjual di pasar. Mereka biasa mengambil margin Rp 700-Rp 1.000 per kg dari harga jual di pasar.

”Nasib petani seperti ini. Pasrah saja, rezeki sudah ada yang mengatur. Kadang harga cabai mahal, tetapi tidak jarang harganya anjlok. Kalau mahal, ya untung, dan sebaliknya,” katanya.

Baca Juga: Harga Cabai Rawit Diperkirakan Bakal Turut Tekan Inflasi Bulan Agustus

 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Kompas.id


TERBARU