> >

Indonesia Berambisi Jadi Pemain Utama Rantai Pasok Kendaraan Listrik

Ekonomi dan bisnis | 25 Juni 2021, 14:17 WIB
Mercedes Benz EQS di Stuttgart, Jerman. Mercedes-EQ mempersembahkan sedan mewah serba listrik EQS pada premier dunia digital di platform media online Mercedes me pada hari Kamis, 15 April 2021. Pabrikan mobil Mercedes-Benz mempersembahkan EQS bertenaga baterai, yang digunakan perusahaan tersebut. untuk memperluas pilihan kendaraan listriknya. (Sumber: Mercedes Benz via AP)

JAKARTA, KOMPAS.TV –  Indonesia bersiap menjadi pemain utama di rantai pasok kendaraan listrik global dengan membangun ekosistem baterai listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

Langkah awalnya, dimulai dengan pembangunan pabrik baterai sel listrik pada Juli 2021.

Direktur Utama PT IBC (Indonesia Battery Corporation) Toto Nugroho mengatakan, pengembangan industri hulu-hilir akan memakan waktu 3-4 tahun.

Keempat BUMN yang tergabung dalam IBC, yakni Antam, Mind ID, PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), akan berpartisipasi di setiap tahapan rantai pasok. 

Antam dan Mind ID akan berperan dalam proses mining (pertambangan), sementara Mind ID dan Pertamina akan berperan dalam produksi katoda dan prekursor.

Adapun untuk produksi baterai sel listrik akan dikembangkan oleh Pertamina dan PLN.  

”Pada tahun 2024, diharapkan smelter HPAL (pengolahan bijih nikel) dan pabrik prekursor dan katoda sudah beroperasi supaya pada tahun 2025 nanti kita sudah bisa punya baterai sel listrik sendiri. Memang waktunya masih panjang, tapi fondasinya kita mulai dari hari ini,” tutur Toto, dalam webinar yang diselenggarakan Universitas Indonesia di Jakarta, Kamis (24/6/2021).  

Diketahui, pabrik tersebut dibangun di Karawang, Jawa Barat, dan digarap oleh PT IBC yang beranggotakan empat badan usaha milik negara, lewat kerja sama dengan konsorsium LG asal Korea Selatan.

Baca Juga: 5 Lokasi Penghasil Nikel di Indonesia, Prospek Cuan untuk Pasokan Baterai Mobil Listrik Dunia

Rencananya, pabrik baterai sel listrik itu akan beroperasi pada akhir 2023 dan memiliki kapasitas produksi awal sebesar 10 gigawatt per jam (GWh).

Total investasi yang ditanamkan konsorsium LG senilai 9,8 miliar dollar AS atau Rp 142 triliun untuk pengembangan industri terintegrasi dari hulu sampai hilir. 

”Ini investasi terbesar Indonesia pascareformasi dan akan dibangun hulu sampai hilir. Dari proses mining (tambang), smelter, prekursor, katoda, baterai sel, sampai industri daur ulangnya akan terintegrasi di dalam negeri,” kata Menteri Investasi Bahlil Lahadalia. 

Ia menjelaskan, pengembangan ekosistem industri baterai listrik sengaja dimulai dari hilir melalui pendirian pabrik baterai sel listrik untuk mendorong kemandirian bahan baku.

”Kami sengaja mendorong hilir duluan, baru hulu, supaya sebisa mungkin menjaga bahan baku nikel kita tidak terus-terusan diekspor setengah jadi,” kata Bahlil.

Di samping itu, Toto menambahkan bahwa saat ini kapasitas Indonesia belum maksimal untuk memiliki teknologi produksi baterai listrik sendiri.

Oleh karena itu, kerja sama dengan konsorsium LG serta CATL dibutuhkan di awal. 

Namun, ke depan, industri baterai listrik, baik swasta maupun BUMN, perlu bekerja sama dengan perguruan tinggi, akademisi, dan lembaga riset untuk mengembangkan teknologi sendiri. 

”Kita beruntung bisa bekerja sama dengan dua perusahaan kendaraan listrik terbesar dunia, tetapi mereka pasti akan menyimpan properti intelektual mereka. Ke depan, kami harap seluruh rantai pasok kita punya teknologi yang betul-betul made in Indonesia dari awal sampai akhir,” tutur Toto. 

Baca Juga: LG Resmi Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik di Indonesia, Mulai Beroperasi Akhir 2023

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU