Efek Ramadan dan Idul Fitri, Inflasi Mei Naik 2 Kali Lipat
Ekonomi dan bisnis | 2 Juni 2021, 15:15 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Mei 2021 sebesar 0,32 persen, naik signifikan dibanding inflasi April 2021, yang sebesar 0,13 persen. Sedangkan dibanding Mei 2020, inflasi tercatat sebesar 1,68 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, bulan Ramadhan dan Idul Fitri menjadi penyebab naiknya inflasi 2 kali lipat pada bulan Mei. Inflasi disumbang oleh kenaikan harga barang yang diatur pemerintah 0,48 persen dan harga bergejolak alias volatile food sebesar 0,39 persen.
"Ramadhan dan Lebaran, ini seasonal atau musiman memang di inflasi Mei ini dominan. Komoditas utama yang menyebabkan inflasi ini adalah bahan makanan yang notabene sangat dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terkait puasa maupun hari raya," kata Setianto dalam konferensi pers virtual, Rabu (02/06/2021).
Baca Juga: Harga Kedelai Naik, Ukuran Tahu Diperkecil
Sektor pertanian menyumbang inflasi tertinggi sebesar 0,41 persen. Beberapa komoditas yang harganya naik, antara lain sapi, kelapa, kelapa sawit, daging sapi, dan minyak goreng.
Namun, Setianto belum bisa menyimpulkan naiknya inflasi tersebut apakah tanda jika daya beli masyarakat sudah membaik. Lantaran, pendapatan masyarakat bulan Mei juga ditopang boleh pemberian THR, zakat, dan sedekah.
"Apakah bulan-bulan ke depan akan terjadi inflasi tinggi lagi, ini perlu kita perhatikan lagi nanti. Ini nanti juga akan memperkuat apakah terjadi pemulihan atau tidak," ujar Setianto.
Baca Juga: Buntut Video Viral Harga Pecel Lele Mahal, Tiga Warung Makan di Malioboro Ditutup Sementara
Sementara itu, dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 78 kota mengalami inflasi dan 12 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di kota Manokwari dengan inflasi sebesar 1,82 persen dibanding April 2021. Sedangkan inflasi terendah terjadi di kota Tembilahan dengan inflasi tercatat sebesar 0,01 persen.
Dari 12 kota yang mengalami deflasi, deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 0,83 persen. Komoditas yang mendorong deflasi di Timika antara lain kangkung, cabai rawit, sawi hijau, cabai merah, serta kol putih atau kubis. Penurunan harga terendah terjadi di kota Palembang dengan deflasi sebesar 0,02 persen.
Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV