Tarif Bea Masuk Tinggi, Ekspor Perikanan ke Uni Eropa Stagnan
Ekonomi dan bisnis | 18 Mei 2021, 20:55 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Ekspor perikanan ke Uni Eropa cenderung stagnan. Salah satu penyebabnya karena tarif bea masuk yang dipatok cukup tinggi.
Menanggapi itu, Ketua Umum Asosiasi Produsen, Pengolahan, dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), Budhi Wibowo, mengemukakan bahwa pasar China bisa menjadi alternatif.
Sebab, pasar China masih terbuka lebar dan permintaannya juga sangat besar bila dibandingkan dengan ekspor ke Uni Eropa.
Budhi menuturkan, harga yang diminta Uni Eropa terhadap produk perikanan Indonesia kerap lebih murah dibandingkan harga yang ditawarkan kepada negara lain.
"(Ekspor ke) pasar Uni Eropa (cenderung) stagnan karena masalah harga,” kata Budhi dikutip dari laman Kompas.id pada Selasa (18/5/2021).
Budhi mencontohkan, bea masuk komoditas tuna Indonesia ke Uni Eropa mencapai 20,5 persen. Padahal, produk serupa dari Vietnam dikenai tarif bea masuk hampir nol persen.
Baca Juga: Temuan Kontaminasi Virus Covid 19 Saat Ekspor Perikanan ke China, Indonesia Tingkatkan Pengawasan
Dengan adanya hambatan tersebut, dampaknya menekan daya saing produk Indonesia. Ditambah jumlah unit pengolahan ikan yang memperoleh nomor registrasi ekspor ke Uni Eropa tercatat baru 173 perusahaan.
Saat ini, Indonesia dan Uni Eropa masih dalam tahap negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komperehensif (CEPA) antara lain membahas kesepakatan penurunan bea masuk.
Di samping itu, hasil audit otoritas Uni Eropa memperlihatkan bahwa produk perikanan yang diekspor Indonesia belum sepenuhnya terjamin ketertelusuran hulu-hilir, serta penerapan sertifikasi keamanan pangannya masih diragukan.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV