Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak 20%, RI Mau Nego Saham dengan China
Ekonomi dan bisnis | 15 April 2021, 07:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk. Agung Budi Waskito mengakui, ada pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sekitar 20%.
Oleh karena itu, pihak Indonesia berencana menurunkan kepemilikan saham di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Baca Juga: Ridwan Kamil: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bisa Lanjut ke Bandara Kertajati
"Jadi memang untuk kereta api cepat terjadi cost overrun (pembengkakan biaya) yang sedang dihitung. Berapa besar, yang saya dengar kurang lebih 20% tapi masih dihitung," kata Agung dalam sebuah acara virtual, Rabu (14/04/2021).
Hal ini akan berpengaruh terhadap biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak Indonesia dalam proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Jika porsi saham PSBI selaku pihak dari Indonesia berkurang, maka Indonesia tak harus menanggung pembengkakkan biaya tersebut.
Baca Juga: KCIC Targetkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Tes Fungsi Agustus 2022
Saat ini, konsorsium BUMN Indonesia PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) memiliki saham 60% di KCIC. Sementara, sisanya 40% dimiliki oleh Beijing Yawan HSR Co.Ltd.
"Jadi kami sedang negosiasi dengan China agar porsi Indonesia lebih kecil. Harapan kami porsi daripada Indonesia lebih kecil daripada yang sekarang jadi cost overrun ditanggung pemerintah sana (China)," ujar Agung.
Ada 4 BUMN yang masuk dalam konsorsium PSBI. Mereka adalah Wijaya Karya dengan kepemilikan saham sebesar 38%, PT Kereta Api Indonesia dan PT Perkebunan Nusantara VIII masing-masing 25%,, serta PT Jasa Marga Tbk 12%.
Penulis : Dina-Karina
Sumber : Kompas TV