> >

Ekonomi Dunia 2020 Terburuk dalam 150 Tahun Terakhir, 170 Negara Ekonominya Minus

Ekonomi dan bisnis | 6 April 2021, 22:18 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat acara Kompas 100 CEO Forum di Jakarta Convention Center, Kamis (24/11/2016). (Sumber: KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2020 merupakan yang terburuk sejak 150 tahun terakhir. Akibat pandemi Covis-19, pertumbuhan ekonomi lebih 170 negara melambat.

Menkeu menilai, semua negara menghadapi masalah yang sama: harus membuat kebijakan yang tidak biasa untuk menyelamatkan rakyatnya dan keuangan negara.

Kebijakan harus menanggulangi masalah di bidang kesehatan dan berefek pada pemulihan ekonomi.

"Sebanyak 170 negara mengalami kontraksi ekonomi, dan ini adalah kondisi terburuk dalam 150 tahun terakhir. Itu studi dari Bank Dunia," kata Sri Mulyani dalam acara virtual yang diselenggarakan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Selasa (06/04/2021).

Baca Juga: Kemenkeu Memperlonggar Kriteria Jaminan Kredit Pengusaha

Pemerintah Indonesia pun merumuskan kebijakan luar biasa dalam menghadapi pandemi: Undang-Undang Nomor 2 tahun 2020 tentang penyelamatan keuangan negara dan sektor keuangan.

Undang-Undang itu untuk merespon merosotnya ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 yang mencatatkan -5,32%, terburuk sejak krisis keuangan pada 1997-1998. Sedangkan sepanjang 2020, ekonomi Indonesia tercatat -2,07%.

Namun, menurut Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih naik dari negara lainnya.

"Saya sering melakukan pembandingan, supaya kita tahu karena hidup itu ada perspektif, kita tidak hidup sendiri. Supaya kita bisa punya sense di mana kita berada," ujar Sri Mulyani.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Tidak Membatalkan Puasa Ramadhan, Ini Penjelasannya

Sri Mulyani pun menyebutkan negara-negara yang masuk dalam jajaran negara G20 dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih buruk di 2020. Yaitu Perancis -9%, India -8%, Italia -9,2%, Meksiko -8,5%, Inggris -10%, Kanada -5,5%, Brazil -4,5%, dan Arab Saudi -3,9%.

Negara-negara ASEAN juga pertumbuhan ekonominya minus lebih dalam dibandingkan Indonesia. Yaitu Singapura -6%, Filipina -9,6%, Thailand -6,6%, dan Malaysia -5,8%.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi negara Islam  misalnya Iran -1,5%, Irak -12%, Kuwait -8%, Qatar -4,5%, United Arab Emirates (UAE) -6,6%.

Baca Juga: Bank Dunia: Pandemi Menyebabkan Orang Miskin Tambah Miskin dan KDRT Meningkat

"Poin saya adalah ini situasi yang tidak memandang bulu. Tentu dengan adanya kontraksi ekonomi, akan terjadi konsekuensi kenaikan pengangguran, kenaikan kemiskinan, dan juga dampak kepada kesejahteraan masyarakat," jelasnya.

Pelemahan ekonomi juga masih terjadi hingga saat ini. Pandemi yang tadinya sudah mereda, kembali memburuk di sejumlah negara yang mengalami gelombang Covid-19 kedua hingga ketiga.

Sebut saja Perancis, Italia, dan Jerman yang kembali kembali melakukan lockdown. Begitu pun dengan India yang mengalami lonjakan kasus sehingga menyetop pengiriman vaksin ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.

Baca Juga: Kepala IMF: Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global Meningkat Namun Bahaya Tetap Menghadang

"Supply vaksin ke seluruh dunia, disetop hanya untuk digunakan di dalam negeri. Meskipun itu tidak atau belum berhasil untuk menurunkan kasusnya. Negara tetangga kita Filipina juga dalam situasi yang luar biasa terjadi kenaikan lonjakan," tutur Sri Mulyani.

Ia pun meminta seluruh kementerian dan lembaga terus berupaya menjaga dan memulihkan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai kebijakan, baik secara konvensional maupun syariah.

Penulis : Dina Karina Editor : Eddward-S-Kennedy

Sumber : Kompas TV


TERBARU