> >

Akankah Relaksasi PPNBM Jadi Solusi Adil Bagi Produsen Otomotif dan Konsumen?

Kompas bisnis | 16 Februari 2021, 14:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.TV - 

Penjualan mobil nasional belum juga membaik akibat pandemi.

Di bulan Januari 2021, penjualan mobil turun lagi 8 persen jika dibanding bulan Desember 2020.

Secara tahunan, penjualan mobil di 2020 turun hingga 45 persen, hanya 578.327 unit mobil yang terjual.

Jauh jika kita bandingkan dengan penjualan ritel pada tahun-tahun sebelumya, di mana selalu tembus 1 juta unit.

Dan tahun ini, Gaikindo sendiri memproyeksi penjualan mobil masih belum akan pulih sepenuhnya.

Diperkirakan 750 ribu mobil akan terjual pada 2021. Di awal tahun, penjualan mobil tercatat hanya 52.910 unit.

Turun 34 persen secara tahunan.

Toyota masih jadi pemimpin pasar, dibayangi penjualan Mitsubishi.

Salah satu cara untuk menggenjot kembali penjualan mobil adalah lewat insentif pajak PPN barang mewah yang rencananya akan diterapkan bulan Maret mendatang.

Namun kontroversi masih membayangi kebijakan ini, terutama soal efektivitas insentif pajak otomotif saat kegiatan masyarakat sebenarnya masih terbatas.

Relaksasi pajak pertambahan nilai barang mewah, PPNBM yang akan dikeluarkan pemerintah untuk pembelian mobil baru masih memunculkan kontroversi.

Sempat ditolak kementerian keuangan tahun lalu, insentif PPNBM akhirnya diberikan pemerintah, dengan tujuan memacu pertumbuhan industri manufaktur.

Mengingat manufaktur jadi penyumbang cukup besar untuk produk domestik bruto, hampir 20 persen.

Relaksasi PPNBM diharapkan menjadi win-win solution antara produsen otomotif dan konsumen, saat pandemi. 

Penulis : Dea-Davina

Sumber : Kompas TV


TERBARU