Pariwisata dan Pandemi Covid-19 di Indonesia
Kompas bisnis | 3 Desember 2020, 11:45 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Di tengah usaha agar pariwsata bangkit kembali, menjaga dan menjalankan protokol kesehatan saat ini masih jadi yang utama.
Jika memang ingin berwisata, anda harus ingat bahwa konsekuensi tertular covid-19 saat masyarakat tak awas masih tinggi.
Tiket kereta api libur natal dan tahun baru di PT KAI Daop 8 Surabaya, 80 persen sudah terjual secara daring, dari total 500.000 tiket yang disiapkan.
Total ada 30 perjalanan kereta api jarak jauh menengah dengan tujuan Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Banyuwangi.
Calon penumpang kereta wajib memiliki surat bebas covid. Disediakan juga layanan tes cepat di sejumlah stasiun besar di wilayah Daop 8 Surabaya.
Tingginya tiket yang terserap artinya banyak masyarakat yang akan melakukan perjalanan ke luar kota saat libur panjang natal dan tahun baru.
Padahal pemerintah sudah membatalkan 3 hari di libur panjang tersebut.
Ditambah libur panjang berdampak pada angka kenaikan masyarakat yang terpapar covid-19.
Ini adalah data lonjakan kasus harian pasca libur panjang 28 Oktober hingga 1 November 2020.
Sepekan setelahnya, mulai dari 9 november hingga 14 november angka masyarakat yang terpapar covid 19 terus meningkat.
Puncaknya adalah di tanggal 13 dan 14 November. Data ini sesuai dengan rentang waktu masa inkubasi virus corona.
Jenuh setelah 8 bulan pandemi sudah pasti dirasakan masyarakat. Namun masalahnya tak semua masyrakat sadar pandemi masih ada, dan protokol kesehatan adalah yang terutama.
Di Semarang, objek wisata dusun semilir, ditutup karena dinilai mengabaikan protokol kesehatan.
Sebelum ditutup, teguran secara lisan dan tulisan sudah dilakukan, namun setiap akhir pekan kerumunan wisatawan terus terjadi.
Konsekuensi tertular covid-19 saat masyarakat tak awas masih tinggi.
Di tengah usaha agar pariwsata bangkit kembali, menjaga dan menjalankan protokol kesehatan saat ini masih jadi yang utama.
Penulis : Merlion-Gusti
Sumber : Kompas TV