Penjualan Properti Anjlok Akibat Terdampak Pandemi, Ini Penjelasannya
Kompas bisnis | 21 November 2020, 06:00 WIBKOMPAS.TV - Pemulihan sektor properti dari pandemi berjalan lambat. Pandemi covid-19 menjadi alasan utama, penjualan properti residensial khususnya rumah, anjlok.
Dari survei Bank Indonesia, penjualan properti residensial triwulan 3 masih terkontraksi 30,93 persen.
Paling terasa pada penjualan rumah tipe kecil dan besar. Banyak pembeli di rumah tipe kecil, membatalkan pesanannya.
Kondisi ini berbeda dengan penjualan rumah tipe menengah yang masih mampu mencatatkan pertumbuhan.
Ganjalan orang membeli rumah tidak hanya terletak pada pandemi. Sebagian responden menilai suku bunga KPR masih terlalu tinggi.
Secara umum, kenaikan harga properti residensial masih stabil, di 1,5 persen, sepanjang juli hingga september.
Kita lihat lebih dekat beberapa daerah. Di kawasan Jabodebek-Banten, kenaikannya sebesar 1,22 persen.
Surabaya lebih tinggi, di 2,42 persen. Sementara Semarang dan Denpasar di bawah 1 persen.
Dari survei BI, pelemahan harga rumah dari semua tipe, masih akan berlanjut hingga akhir tahun.
Para pembeli rumah, sebagian besar merupakan pejuang KPR. Sebanyak 76,02 persen, menggunakan KPR sebagai sumber pembiayaan membeli rumah.
Hanya sebagian kecil saja. 17,67 persen, mengambil skema tunai bertahap dan 6,31 persen membayar tunai.
Sementara pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebesar 2.144 triliun rupiah.
Penulis : Anjani-Nur-Permatasari
Sumber : Kompas TV