Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Minus 2 Persen di Kuartal III 2020
Ekonomi dan bisnis | 25 Agustus 2020, 21:18 WIBJAKARTA, KOMPAS TV - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 disebut bisa mencapai titik rendah di minus 2 persen secara year on year (yoy) dan titik atas di atas 0 persen yoy.
Demikian hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.
Dia menyampaikan proyeksi tersebut atas dasar pantauan aktivitas ekonomi pada Juli yang belum pulih.
Baca Juga: Sandiaga: Pertumbuhan Ekonomi Akan Naik di kuartal Jika Didukung Pemulihan Kesehatan
Juga menunjukkan downside risk karena pergeseran yang belum solid. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik maupun global.
“Kunci utamanya konsumsi dan investasi. Kalau konsumsi dan investasi masih di negative zone, meski pemerintah all out dari sisi belanja, akan sangat sulit masih zona netral di 0 persen tahun 2020 ini,” kata Sri Mulyani saat Konferensi Pers Laporan APBN Periode Agustus, Selasa (25/8/2020).
Oleh karena itu, agar ekonomi di kuartal III-2020 tidak kontraksi, pemerintah berupaya menggenjot konsumsi dan investasi berada di zona netral alias 0 persen.
“Makanya bapak Presiden meminta beberapa Menteri melihat indikator investasi, karena kuartal II-2020 kontraksi cukup dalam,” ujar Sri Mulyani.
Baca Juga: Sri Mulyani: Ada Isu Guru Honorer Masuk Dalam Daftar Penerima Subsidi Gaji
“Kita berharap kuartal III dan kuartal IV bisa pulih paling tidak mendekati 0 persen, ini akan berarti sekali.”
Dari sisi konsumsi, Sri Mulyani mengatakan sangat optimistis kalau bantuan sosial (Bansos) dapat menstimulus ekonomi masyarakat miskin.
Meski ada kendala data, paling tidak bansos sedang berjalan dan sebagian sudah diberikan kepada masyarakat.
Sri Mulyani menilai Bansos tidak bisa sendirian mendorong konsumsi rumah tangga. Namun juga diperlukan konsumsi yang lebih aktif dari masyarakat kelas menengah dan atas.
Baca Juga: Sri Mulyani Ajak Masyarakat Jajan di Warteg, Ada Apa?
“Dari bansos saja tidak bisa memungkinkan konsumsinya pada level 0 persen, bisa negatif kalau yang kelas menengah atas belum melakukan konsumsinya,” kata Sri Mulyani.
“Oleh karenanya consumer confidence sangat penting. Meski kita menaikkan hingga 55 persen yoy dan belanjakan Rp 170 triliun, kita akan tetap tidak bisa mengembalikan fungsi konsumsi.”
Adapun sampai dengan akhir tahun 2020, Menkeu Sri Mulyani masih mematok target pertumbuhan ekonomi di rentang minus 1,1 persen sampai dengan positif 0,2 persen secara tahunan.
Baca Juga: Pengamat: Potensi Pertumbuhan Ekonomi 2021 Besar, Asumsi 4,5 Hingga 5,5 Persen Masih Konservatif
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV