Tak Terduga, Bagaimana Tim Badminton India yang Tak Diunggulkan Bisa Jadi Juara Thomas Cup?
Bbc indonesia | 17 Mei 2022, 22:24 WIBSebelum ke final, India melawan negara-negara dengan tradisi juara - Malaysia dan Denmark - dan mampu mengalahkan mereka.
Membangun kepercayaan
Di India yang terkenal gila kriket, bulu tangkis masih banyak berbasis di wilayah-wilayah selatan, terutama di Hyderabad dan Bangalore.
Olahraga yang telah memberi negara itu dua medali Olimpiade dan dua juara All England tersebut sebelumnya lebih dipandang bertumpu pada keahlian individu.
Namun dengan menjadi juara di turnamen bergengsi seperti Piala Thomas, tim bulutangkis putra India yang diperkuat 10 pemain itu seolah membuktikan bahwa keberhasilan mereka ini juga tak lepas dari tekad dan strategi kolektif.
Dua pemain India paling senior, HS Prannoy dan Kidambi Srikanth, bekerja bahu-membahu untuk membangun tim mereka melalui komunikasi dan keyakinan yang kuat.
"Saya sebelumnya tidak pernah menjadi bagian dari tim seperti ini dalam karier saya," kata Prannoy kepada BBC.
"Pekan demi pekan, ketika Anda bermain untuk diri sendiri, terkadang sulit untuk tiba-tiba berpikir sebagai sebuah kelompok atau melepaskan ambisi pribadi.
"Srikanth dan saya memutuskan sejak awal untuk mengadakan pertemuan tim, dengan para pemain lain, di mana semuanya dapat berbicara," jelasnya.
"Ada beberapa pemain yang pendiam dan dalam sebuah tim yang terdiri dari beberapa pemain, ego dapat dengan cepat meletup. Itu terjadi di masa lalu.
"Di sini tidak ada poin peringkat untuk dimenangkan, tidak ada hadiah uang, hanya rasa lapar untuk merebut gelar. Itu yang diinginkan semua orang, dan semangat itu yang mendorong kami," kata Prannoy.
Pada hari Minggu, semua anggota tim melompati papan iklan dan bergegas ke tengah lapangan untuk merayakan kemenangan setelah India dipastikan meraih piala. Sedangkan manajer tim, Vimal Kumar, mengikuti di belakang dengan hati-hati, terbawa arus emosi.
Sebagai mantan pelatih nasional, Kumar diam-diam bekerja di belakang layar untuk melambungkan generasi pemain-pemain baru.
Dia berasal dari era bulu tangkis India di mana andalan di nomor tunggal harus muncul juga untuk pertandingan ganda karena masih tidak cukup pemain spesialis. Gelar Piala Thomas sebelumnya masih dipandang sebagai mimpi yang terlalu jauh.
"Saya memegang trofi itu di tangan saya hanya untuk mengatakan pada diri sendiri bahwa ini benar-benar terjadi. Jika Anda bertanya kepada saya, saya akan menempatkan kemenangan ini di atas setiap gelar Olimpiade dan All England yang telah kami menangkan. Ini karena kami memenangkannya sebagai tim melalui upaya kolektif dan keyakinan," katanya.
Selama dekade terakhir, para pebulu tangkis perempuan - yaitu Saina Nehwal dan PV Sindhu - yang telah berada di jajaran depan bulu tangkis India.
Sedangkan pebulutangkis putra, meskipun kaya akan bakat, sebagian besar masih berada di bawah radar.
Namun akhir-akhir ini ada tanda-tanda kebangkitan, saat mereka tampil di podium Kejuaraan Dunia dan All England. Dan sekarang, juara Piala Thomas.
Di final Minggu, para pemain putri yang dipimpin oleh Sindhu tampil di tribun memberi dukungan. Tim putri telah kalah di perempat final Piala Uber - dan sebagian besar dari mereka tadinya sudah siap-siap untuk segera pulang dari Bangkok.
Tetapi tiket pesawat mereka telah dijadwal ulang oleh Asosiasi Bulu Tangkis India sehingga mereka dapat mendukung tim putra sekaligus menandingi kebisingan dari nyanyian berirama dan tepukan balon dari para pendukung tim Indonesia.
"Kami menginginkan dukungan mereka [tim perempuan], kami ingin mereka tetap tinggal dan mereka melakukannya," kata Prannoy.
"Ini adalah momen besar bagi bulu tangkis India dan bukan hanya tentang satu atau dua pemain. Sebagai sebuah bangsa, kami telah menandai diri kami sebagai yang terbaik di dunia.
Penulis : Redaksi-Kompas-TV
Sumber : BBC