Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Ternak Terus Meluas: Mengapa Masyarakat Perlu Khawatir?
Bbc indonesia | 14 Mei 2022, 01:23 WIBPenyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak terus meluas. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah menetapkan dua kabupaten di Aceh dan empat kabupaten di Jawa Timur sebagai daerah wabah PMK.
"Di Aceh itu ada [Kabupaten] Aceh Tamiang, dan Aceh Timur. Di Jawa Timur itu Gresik, Sidoarjo, Lamongan dan Mojokerto," kata Menteri Syahrul dalam keterangan pers, Rabu (11/05).
Kasus ini kembali muncul setelah Indonesia dinyatakan bebas PMK lebih dari tiga dekade lalu.
Kasus pertama kali ditemukan di Gresik, Jawa Timur pada 28 April 2022, dan telah mengalami peningkatan kasus rata-rata dua kali lipat setiap harinya.
Sejauh ini pemerintah telah mengambil langkah karantina wilayah untuk hewan ternak, rencana pengadaan vaksinasi termasuk membentuk satuan tugas.
Baca juga:
- Bagaimana menyiapkan hewan kurban tanpa menyiksanya
- Melihat dari dekat hewan-hewan kurban menjelang Idul Adha
- Dari penyakit cacar hingga Covid-19, sejarah kewajiban vaksin dan penolakan terhadapnya: 'Bukan sesuatu yang baru'
Berikut hal-hal yang sejauh ini diketahui tentang wabah PMK.
Apa itu virus Penyakit Mulut dan Kuku?
PMK atau dikenal sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) dan Apthtae Epizooticae adalah penyakit hewan menular berisfat akut yang disebabkan oleh virus.
Dalam literatur yang dipublikasikan situs-situs pemerintah daerah, penyakit ini berasal dari virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Apthovirus. Masa inkubasinya antara 2 - 14 hari.
Penyakit ini rentan menulari hewan ternak seperti sapi, kerbau, unta, gajah, rusa, kambing, domba dan babi.
Bagaimana virus ini menular?
Penularan PMK pada hewan ternak ini berlangsung melalui kontak langsung maupun tidak langsung.
Penularan secara langsung dapat melalui droplet, leleran cairan hidung, dan serpihan kulit pada hewan yang terinfeksi virus.
Sementara itu penularan secara tidak langsung terjadi pada vektor hidup, yaitu manusia dan hewan lainnya. Virus yang menempel ini juga menular melalui mobil pengangkut ternak, peralatan, alas kandang, dan lainnya.
Selain itu, virus ini dapat menyebar melalui angin di daerah beriklim khusus bisa mencapai radius 60 km di darat dan 300 km di laut.
"Sangat mudah menular," kata Profesor Mustofa Helmi Effendi, Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga.
Prof Helmi menambahkan, virus ini lebih menjadi "pukulan" bagi peternak, karena ternak yang dijual, misalnya sapi akan mengalami penurunan berat badan. "Anak sapi bisa mati, sapi mengalami penurunan berat badan, ini berarti kerugian ekonomi," katanya.
Apa saja ciri-ciri Penyakit Mulut dan Kuku pada hewan ternak?
Virus yang menginfeksi akan membuat sapi demam hingga 41 derajat celsius, tidak nafsu makan, menggigil, produksi susu berkurang drastis.
Sapi yang terinfeksi PMK juga menunjukkan tanda-tanda kerap menggosokkan bibir, menggertakan gigi, dan mengeluarkan liur.
Selain itu, pada kasus sejumlah sapi yang terinfeksi mengalami pincang karena luka pada kaki yang berakhir dengan kuku yang lepas.
"Mortalitasnya sapi yang dewasa itu 1-3%. Tetapi untuk anak sapi, umurnya kurang dari enam bulan itu kematiannya besar 50-60%," kata Prof Helmi.
Bagaimana kasus Penyakit Mulut dan Kuku sebelumnya di Indonesia?
Berdasarkan catatan litbang Kementerian Pertanian, Indonesia sudah bebas dari PMK sejak tahun 1986. Lalu, status ini diakui oleh ASEAN pada 1987, dan secara internasional oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties-OIE) pada 1990.
Ledakan wabah PMK pertama kali diketahui di Indonesia pada 1887 di Malang, Jawa Timur. Lalu penyakit ini menyebar ke daerah lain. Penyakit ini sempat mereda di era 1980-82, tapi kemudian muncul kembali pada 1983. Berdasarkan catatan ini, setidaknya butuh satu abad sampai Indonesia dinyatakan bebas PMK.
Bagaimana dampaknya terhadap kesehatan manusia?
OIE menyebut penyakit ini tidak mudah menular ke manusia, dan bukan merupakan risiko kesehatan masyarakat.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan virus PMK "sangat jarang meloncat ke manusia". "Jadi tidak perlu khawatir dari sisi kesehatan manusianya," katanya.
Bagaimana pun, persoalan penularan PKM dari hewan ternak ke manusia menjadi perdebatan selama bertahun-tahun.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Profesor Wasito, menyinggung kasus yang terjadi pada 1834, saat tiga dokter kemungkinan besar tertular PMK dari susu sapi yang mereka minum. Kasus lainnya ditemukan di Inggris, pada 1966.
Baca juga:
- Idul Adha: Bagaimana pelaksanaan kurban di masa pandemi Covid-19?
- Idul Adha: Kampanye tanpa kantong plastik 'hanya untuk ramai di media' tanpa sanksi hukum'
Penulis : Redaksi-Kompas-TV
Sumber : BBC