Bebas Visa dan Karantina saat Muncul Omicron XE, Epidemiolog: Pemerintah Kurang Hati-Hati
Bbc indonesia | 7 April 2022, 22:15 WIBAhli epidemiogi menilai kebijakan penghapusan karantina dan bebas visa kunjungan untuk turis dari 43 negara "kurang hati-hati" dan perlu terus "dikaji secara berkala".
Pemerintah Indonesia mengumumkan penghapusan kebijakan karantina untuk pelaku perjalanan luar negeri dan memberikan bebas visa khusus wisata kepada 43 negara di tengah mulai menyebarnya subvarian Covid Omicron XE.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menilai kebijakan pemerintah ini kurang hati-hati karena dilakukan di tengah mutasi penyebaran virus varian baru.
"Dengan tidak adanya karantina, kemudian dengan membebaskan orang travel tanpa tes antigen, tanpa tes PCR, itu menurut saya kurang hati-hati karena menurut saya mutasi dari virus Covid ini luar biasa," kata Miko kepada BBC News Indonesia, Rabu (6/4).
Sejauh ini, Inggris dan Thailand sudah mengumumkan penemuan subvarian Omicron XE. Di Inggris jumlah infeksinya bahkan sudah mencapai 637 kasus, sejak ditemukan pada awal Januari.
Menurut WHO, varian ini 10% lebih menular dibandingkan vírus Omicron aslinya, yang notabene sudah sangat menular.
Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman berpendapat kebijakan pelonggaran mesti terus dikaji karena berdasarkan survei, masih ada 20% warga Indonesia yang belum memiliki imunitas terhadap Covid-19.
"Berarti 20% kurang lebih yang masih rawan, belum memiliki imunitas artinya rawan sakit, rawan masuk rumah sakit, ataupun mengalami fatalitas atau meninggal. Oleh karena itu pelonggaran yang dilakukan ini harus terukur, tidak bisa digeneralisasi, harus ada review berkala, dan sifatnya dinamis," ujar Dicky.
Pemerintah Indonesia mengatakan varian Omicron XE belum ditemukan di Indonesia. Namun, pemerintah akan terus memantau dan menggunakan data terkini dalam menerapkan penyesuaian kebijakan.
Baca juga:
- Kematian akibat Covid-19 di Indonesia tertinggi kedua di Asia: Pandemi masih serius dan genting
- Apa perbedaan antara gejala Covid-19, DBD, flu, dan pilek?
- Bisakah Indonesia bertransisi ke endemi jika masyarakat mulai abaikan Covid-19?
Ancaman varian gabungan
Juru bicara pemerintah untuk Covid-19, dokter Reisa Broto Asmoro mengumumkan Satgas Penanganan Covid-19 sudah menerbitkan surat edaran mengenai pelonggaran untuk pelaku perjalanan luar negeri sejak 5 April lalu. Pelaku perjalanan luar negeri tidak lagi harus menjalani karantina dan tes PCR dengan beberapa syarat.
"Bagi PPLN yang telah menerima vaksin dosis kedua, atau dosis ketiga, seminimalnya 14 hari sebelum keberangkatan, kemudian ia tidak terdeteksi atau memiliki gejala yang berkaitan dengan Covid-19, memiliki suhu tubuh di bawah 37,5 derajat Celcius, diperkenankan melanjutkan perjalanan tanpa karantina, tanpa pemeriksaan PCR," kata Reisa dalam keterangan pers yang disiarkan secara langsung melalui akun Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (06/4).
Kebijakan itu dikeluarkan bersamaan dengan pemberian bebas visa kunjungan untuk beberapa negara. Pemerintah Indonesia memberikan Bebas Visa Kunjungan untuk sembilan negara ASEAN serta Bebas Visa Kunjungan Saat Kedatangan khusus wisata untuk 43 negara, di antaranya Amerika Serikat, Inggris dan beberapa negara di Eropa.
Epidemiolog Tri Yunis Miko Wahyono khawatir pelonggaran yang dilakukan pemerintah saat ini bisa memperburuk kondisi pandemi di Indonesia. Bukan hanya gara-gara Omicron XE, pelonggaran ini membuat Miko takut varian lain yang lebih berbahaya akan masuk atau malah Indonesia menjadi tempat virus-virus bermutasi.
"Yang saya takutkan adalah rekombinan-rekombinan dari gen-gen yang memiliki keparahan seperti varian Delta dan penularan yang cepat seperti Omicron. Itu kalau rekombinan begitu, minta ampun lah, ancaman dari rekombinan itu sangat besar. Sehingga pembebasan pembatasan itu harus hati-hati," ujar Miko.
Beberapa waktu lalu, Miko menyebut WHO pernah menyatakan bahwa pelonggaran pembatasan sosial yang dilakukan di beberapa negara di Eropa dan Inggris sebagai langkah brutal karena menyebabkan peningkatan kasus di beberapa negara, seperti Jerman, Prancis, Italia, dan Inggris.
Peningkatan itu kemungkinan disebabkan varian Omicron BA.2, turunan dari Omicron, yang juga menyebabkan terbentuknya varian XE.
Peningkatan kasus tinggi di Eropa di tengah cakupan vaksinasi yang tinggi. Bagaimana dengan Indonesia?
Peningkatan kasus di Eropa itu terjadi saat cakupan vaksinasi lengkap mencapai 72,4% dan vaksinasi booster 52,5%. Di Inggris sendiri, tempat dideteksinya varian Omicron XE untuk pertama kalinya, cakupan vaksinasi lengkapnya sudah 86,1% dan vaksinasi boosternya mencapai 67,6%.
Sementara di Indonesia, cakupan vaksinasi lengkapnya berada di angka 75,67% dan vaksinasi booster baru 9,52% dari target sasaran.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : BBC