Mayoritas Publik Indonesia Dukung Invasi Rusia, Pakar Khawatir 'Bangsa Kita Dicap Hipokrit'
Bbc indonesia | 14 Maret 2022, 19:40 WIBPerbincangan mengenai invasi Rusia ke Ukraina di media sosial selama hampir dua pekan ini, didominasi oleh keberpihakan dan kekaguman publik Indonesia pada Rusia dan sosok Presiden Vladimir Putin, menurut platform pemantauan dan analisis digital Evello.
Sikap itu terbentuk, karena menurut kajian lembaga tersebut, didasari oleh ketidaksukaan sebagian besar masyarakat Indonesia pada Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Akan tetapi peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur, Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Radityo Dharmaputra, menilai sikap publik yang condong pro-Rusia ketimbang Ukraina ini sesungguhnya dikarenakan pemahaman masyarakat yang minim tentang Ukraina.
Kondisi ini menyebabkan publik mudah termakan narasi dominan dari kalangan elit dan akademisi yang menganggap persoalan ini merupakan konflik geopolitik antara Rusia dan Amerika Serikat.
Baca juga:
- 'Merdeka atau mati' - anak-anak muda Ukraina terinspirasi perjuangan kemerdekaan Indonesia
- Rusia serang Ukraina: Mengapa Indonesia tidak menyebut 'invasi dan Rusia' dalam merespon serangan militer?
- Bagaimana orang-orang Rusia menggunakan kode dan emoji untuk menghindari sensor dan pengawasan polisi?
Data yang diperoleh Evello --platform pemantauan dan analisis digital-- di Instagram, TikTok, Twitter, dan Youtube pada periode 23 Februari hingga 14 Maret 2022, terjadi peningkatan perhatian pengguna media sosial di Indonesia atas perang Rusia-Ukraina.
Hal itu ditunjukkan dengan jumlah pemberitaan tentang invasi Rusia ke Ukraina yang mencapai 96.000 artikel berita.
Puluhan ribu berita tersebut, kata pendiri Evello Dudy Rudianto, dibagikan ke jejaring Facebook Indonesia, baik melalui akun halaman Facebook, grup, hingga akun pribadi sebesar 1,6 juta kali.
"Dari data-data tersebut, Evello menyimpulkan jika intensitas perhatian pengguna media sosial Indonesia terkait perang Rusia-Ukraina sangat tinggi.
Selain artikel berita, YouTube menjadi rujukan untuk mencari informasi perang Rusia-Ukraina," ujar Dudy Rudianto kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Senin (14/03).
Lebih rinci data Evello menunjukkan informasi tentang serangan militer Rusia ke Ukraina yang tayang di YouTube Indonesia telah ditonton sebanyak 554 juta kali dengan jumlah percakapan mencapai 2,3 juta komentar.
Sementara video Instagram perang Rusia-Ukraina telah dilihat 72 juta kali dengan komentar sebanyak 727.000.
Kemudian di video TikTok, invasi Rusia ke Ukraina juga sudah ditonton 526 juta kali.
Adapun di Twitter, terdapat 22.000 akun yang membicarakan perang ini.
Tiga sikap publik Indonesia atas perang Rusia-Ukraina
Dudy Rusdianto mengatakan setidaknya ada tiga sikap yang ditunjukkan warganet terhadap serangan militer Rusia ke Ukraina.
"Pertama, ketidaksukaan terhadap Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Amerika Serikat. Kedua, kekaguman pada sosok Presiden Vladimir Putin, dan terakhir adanya simpati kepada rakyat Ukraina dan Presiden Volodymyr Zelensky," papar Dudy.
Namun demikian dari empat platform media sosial yang diteliti mulai dari Twitter, YouTube, Instagram, dan TikTok, mayoritas warganet cenderung berpihak pada Rusia.
Dudy mencontohkan Twitter, jumlah akun yang membicarakan Presiden Putin 71% lebih besar dibandingkan Zelensky.
Percakapan yang mengemuka di Twitter, sambung Dudy, didasari oleh ketidaksukaan kepada NATO dan Barat.
Perbincangan tentang Presiden Putin pun, katanya, sangat dominan atau mencapai 94% oleh pengguna TikTok di Indonesia.
"Demikian halnya di Instagram, kecenderungan pengguna media sosial untuk memperbincangkan Putin cenderung dominan dibandingkan Zelensky sebesar 74 persen."
Pemantauan Evello, percakapan atas perang Rusia-Ukraina bersifat alami. Para pengguna yang menyatakan dukungannya terhadap Rusia dan Putin pun, tidak ada yang dimotori oleh pendengung ataupun akun-akun palsu.
"Tidak ada akun bot yang bertebaran," tegas Dudy.
Mengapa warganet Indonesia berpihak pada Rusia?
Peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur di Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Radityo Dharmaputra, mengatakan ada empat faktor mengapa warganet Indonesia pro terhadap Rusia.
Sejak lama, katanya, publik Indonesia memiliki sikap politik yang anti-Amerika Serikat atau Anti-Barat terutama setelah perang melawan terorisme.
Hanya saja ketika media sosial belum populer, tidak banyak yang menunjukkan sikap tersebut secara terbuka semisal dengan aksi demonstrasi.
"Sekarang era media sosial, begitu ada berita, perasaan itu lebih mudah muncul dan langsung diutarakan," terang Radityo kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Senin (14/3).
Penulis : Edy-A.-Putra
Sumber : BBC