Skandal Perdagangan Anak Berkedok Adopsi: "Saya Diculik dan Dijual"
Bbc indonesia | 12 Maret 2022, 09:48 WIBBBC News Indonesia melakukan penelusuran di berbagai kota di Indonesia dan di Belanda, menyibak praktik adopsi ilegal yang terjadi pada 1970-an hingga 1980-an. Oleh pemerintah Belanda, praktik proses adopsi anak dari Indonesia ke Belanda ini disebut "pelanggaran serius".
Indonesia, empat dekade lalu. Berbagai kasus adopsi anak yang melibatkan sejumlah oknum terkuak. Oknum-oknum ini beroperasi di panti asuhan dan klinik bersalin di beragam daerah, termasuk Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung.
Dalam sebuah kasus, seorang bidan ditangkap pihak berwenang pada awal 1980-an, setelah aparat menemukan 18 bayi di lotengnya. Anak-anak itu sedianya akan diadopsi ke sejumlah negara.
Temuan yang dijuluki "peternakan bayi" itu, disebut sebagai bukti perdagangan anak dengan berkedok adopsi.
Penelusuran tentang adopsi ilegal di masa lalu, yang melibatkan pemalsuan dokumen dan penculikan anak ini, dikemas dalam seri siniar terbaru produksi BBC Indonesia.
Anda dapat mendengarkan podcast ini di tautan ini, juga di platform podcast Spotify dan Apple Podcast. Episode terbaru tayang setiap Rabu, dua pekan sekali.
Dalam kasus lain, sejumlah anak diculik dari keluarganya di berbagai daerah, lalu dijual melalui perantara. Setelah itu, mereka ditampung panti asuhan di Jakarta.
Anak-anak itu kemudian diadopsi oleh pasangan Belanda, sebagian besar dengan dokumen palsu.
Penculikan dan pemalsuan dokumen adopsi itu, dialami oleh Yanien Veenendaal.
Kala usianya masih 10 tahun, Yanien Veenendaal diambil paksa dari keluarganya di Semarang, Jawa Tengah.
Setelah berpindah-pindah tempat, Yanien berakhir di Yayasan Kasih Bunda yang berlokasi di Jakarta, berjarak sekitar 440 km dari kampung halamannya di Semarang.
Ia kemudian diadopsi ke Belanda, dengan dokumen palsu.
Baca juga:
- Pemerintah Belanda 'minta maaf' atas 'pelanggaran serius' adopsi anak dari Indonesia dan negara lain
- Anak-anak yang diadopsi dari Indonesia desak pemerintah Belanda ganti rugi 'kerugian mental' akibat adopsi ilegal
- Perdagangan bayi berkedok adopsi: Kisah para ibu yang terpaksa melepas anak mereka
Sejak saat itu, identitasnya diganti. Mulai dari nama, usia dan tanggal lahir, hingga nama kedua orang tuanya.
"Saya Tridjotho Apriljani, tetapi untuk adopsi, nama [saya] Murni Yani. Identitas saya semua harus hilang, nama saya harus hilang, nama orang tua harus hilang, umur saya harus hilang."
"Sampai sekarang, untuk saya, Tridjotho Apriljani masih di Indonesia, Murni Yani itu anak lain, tapi saya juga dijual untuk adopsi… Maaf," tutur Yanien, dengan suara tercekat.
Dia tak kuasa menahan tangis ketika menceritakan pengalaman tak mengenakkan yang ia alami.
Awalnya, Yanien tak menyadari apa yang dia alami adalah penculikan. Baru ketika usianya beranjak dewasa, ia menyadari dirinya menjadi korban dari perdagangan anak.
"Ini tentang penculikan. Ini tentang anak yang diculik. Anak yang tak punya pilihan. Ini adalah pilihan dari orang dewasa yang menjual anak itu demi uang. Ini tentang uang," tegas Yanien.
Penculikan dan pemalsuan dokumen seperti yang dialami Yanien, serta keberadaan apa yang disebut "peternakan bayi", menjadi temuan penyelidikan komite investigasi antar negara di Belanda yang dirilis tahun lalu.
Baca juga:
- Perjalanan berliku perempuan Indonesia yang diadopsi orang Belanda mencari ibu kandungnya selama 41 tahun
- Perjuangan anak adopsi asal Korsel mencari ibu kandungnya: 'Ibu, apakah ibu mengenali saya?'
- Anak-anak yang diadopsi dari Indonesia desak pemerintah Belanda ganti rugi 'kerugian mental' akibat adopsi ilegal
Hasil penyelidikan itu mengungkap telah terjadi "pelanggaran serius" dalam praktik adopsi anak ke Belanda dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Sri Lanka, Bangladesh, Kolombia, dan Brasil.
Penulis : Edy-A.-Putra
Sumber : BBC