Anak-Anak Muda Ukraina Terinspirasi Sumpah Pemuda dan Perjuangan Kemerdekaan RI: Merdeka atau Mati!
Bbc indonesia | 10 Maret 2022, 23:18 WIBAnak-anak muda Ukraina lulusan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dari universitas di Kyiv mengaku mendapat inspirasi dari perjuangan kemerdekaan dan Sumpah Pemuda Indonesia dalam melawan pasukan Rusia.
Yuliia Mykulych, mahasiswi doktoral bahasa, sastra, dan terjemahan bahasa Indonesia dari Universitas Nasional Taras Svechkensco di Kyiv menyatakan saat ini mereka hanya ada dua pilihan, "merdeka atau mati."
Yuliia mengatakan ia memohon dukungan dari "teman-teman di seluruh sudut Indonesia" untuk ikut menyuarakan nasib mereka.
Bersama rekan-rekan lulusan jurusan bahasa dan sastra Indonesia, mereka mengangkat seruan "Ukraina merdeka" melalui media sosial.
"Seperti bangsa Indonesia yang berjuang untuk kemerdekaan pada 1945, sekarang seluruh orang Ukraina berjuang untuk kemerdekaan. Merdeka atau mati tidak ada jalan lain. Ukraina sekarang berdarah karena propaganda Putin, karena agresi Rusia," kata Yuliia kepada wartawan BBC News Indonesia di London, Endang Nurdin.
Baca juga:
- Mengapa 'Z' menjadi simbol pro-perang di Rusia?
- Cerita WNI yang masih berada di Kyiv: 'Orang sipil ditodong, seram juga saya'
- Imbas konflik Rusia-Ukraina bagi Indonesia - Harga mi instan hingga bunga kredit bisa naik
"Saya ingin semua teman-teman di Indonesia mendengar kata-kata saya. Ayo kita merekam video dan berbicara kepada semua. Ayo kita jangan berdiam, harus bersuara sekarang, karena waktu sudah datang. Saya berharap saya akan didengar di semua sudut di Indonesia. Saya minta Anda menjadi teman saya untuk bersuara, merdeka atau mati!"
Mahasiswi doktoral berusia 25 tahun ini mengatakan ia juga terinspirasi atas apa yang dilakukan para pemuda Indonesia pada 1928.
"Saya sering ingat Sumpah Pemuda pada tahun 1928, satu bangsa Indonesia, satu bahasa. Sama dengan yang sekarang terjadi di sini. Semua pemuda, orang seumur saya, sukarela untuk berjuang atas perdamaian di Ukraina. Saya sangat percaya, kita akan menang," cetusnya penuh semangat.
"Kita sudah menang, bukan kemenangan fisik, perlu waktu sedikit lagi. Tapi secara mental kita sudah menang. Karena kita tahu di dalam hati, tujuan kami berjuang," tambahnya.
Menyiapkan koper untuk evakuasi
Seperti warga Ukrana lainnya, Yuliia terbangun di pagi hari pada 24 Februari lalu karena suara sirene dan dentuman serangan Rusia, tanda agresi dan perang dimulai. Pagi itu dia sebut "paling buruk" dalam hidupnya.
Di lapangan, pasukan Rusia terus menggempur kota-kota kunci dan mendekati ibu kota Kyiv, pada Rabu (09/03). PBB mengatakan sejauh ini lebih dari dua juta orang mengungsi.
Saat Rusia mulai menyerang Ukraina, Yuliia tinggal di Kyiv bersama suaminya. Namun beberapa hari kemudian orang tuanya meminta mereka untuk pindah ke Kremenets, Ukraina bagian barat, yang sejauh ini menurutnya lebih aman.
Sejumlah teman-temannya masih berada di Kyiv, termasuk Iryna Zelevska, yang bekerja di KBRI Ukraina.
Iryna mengatakan dia "bersama orang tua dan adiknya" selalu di rumah dalam dua minggu ini dan hanya keluar untuk membeli keperluan makanan dan obat.
"Kalau perlu, kami keluar rumah untuk mencari makanan. Tapi banyak produk yang sudah habis, seperti roti, susu, sayuran," cerita Iryna.
Di rumah, kata Iryna, mereka membaca buku dan mengikuti berita perkembangan di Ukraina.
"Saya juga menggambar untuk mengalihkan perhatian dari suara ledakan," tambah Iryna sambal menunjuk lukisan pura di Danau Bratan, Bali, yang dia pajang di tembok kediamannya.
Iryna juga menunjuk koper-koper untuk evakuasi yang telah mereka persiapkan bila suatu waktu diperlukan.
Iryna, Yuliia dan teman-temannya lahir setelah Ukraina memproklamirkan kemerdekaan pada 24 Agustus 1991, lepas dari kendali Uni Soviet.
Mereka termasuk di antara puluhan lulusan jurusan Bahasa, Sastra dan terjemahan Indonesia dari Universitas Nasional Kyiv Taras Shevchenko, salah satu universitas negeri bergengsi Ukraina.
'Cinta sastra Indonesia'
Prabowo Himawan, penggagas program studi Bahasa dan Sastra Indonesia di universitas yang dibuka pada 2012 itu mengatakan sejauh ini mereka telah "meluluskan 12 orang S2 dan 24 orang S1."
Yuliia adalah satu-satunya mahasiswi doktoral dari universitas tersebut dan tengah meneliti sastra dan puisi Indonesia.
Prabowo menyebut Yuliia adalah kader penerusnya di tengah upayanya membuka jurusan bahasa dan sastra Indonesia di universitas lain di Ukraina.
"Yuliia adalah mahasiswa periang, cerdas, berinisiatif tinggi, ramah dan mudah bergaul, ringan tangan punya semangat belajar yang tinggi dan tulus dalam mempelajari segala hal tentang Indonesia.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : BBC