> >

Rusia Invasi Ukraina: Presiden Erdogan Kritik NATO Kurang Tegas, China Tak Salahkan Rusia

Bbc indonesia | 26 Februari 2022, 04:40 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik tindakan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atas invasi Rusia ke Ukraina dengan mengatakan NATO semestinya mengambil tindakan lebih tegas. (Sumber: AP Photo/Efrem Lukatsky)

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengkritik tindakan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atas invasi Rusia ke Ukraina dengan mengatakan NATO semestinya mengambil tindakan lebih tegas.

Ketika berbicara di Istanbul, Erdogan mengatakan baik NATO maupun Uni Eropa telah gagal membantu Ukraina. Turki adalah salah satu anggota NATO.

"NATO seharusnya mengambil tindakan lebih tegas. Kami telah berbicara terang-terangan dengan (Sekjen NATO, Jenderal Jens) Stoltenberg. Dalam pembicaraan itu, kami menyampaikan sikap kami," kata Erdogan pada Jumat (25/02).

Ditambahkan Erdogan bahwa mengecam aksi Rusia saja tidak cukup dan ia mengharapkan pertemuan NATO pada Jumat (25/02), dapat menghasilkan langkah yang tegas.

Sementara mayoritas negara Barat bersatu padu mengecam Rusia, negara tetangganya, China tidak menyalahkan Moskow.

Dalam pembicaraan melalui sambungan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat (25/02), Presiden China President Xi Jinping mengatakan negaranya mendukung upaya Rusia untuk menyelesaikan krisis Ukraina lewat jalan dialog, lapor televisi China, CCTV.

Respons awal China soal pengerahan militer Rusia ke Ukraina adalah mengkritik media Barat.

Ketika ditanya apakah yang terjadi di Ukraina saat ini adalah invasi, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, berkata "konteks sejarah rumit" dan situasi saat ini "disebabkan beragam faktor".

Pertanyaan apakah kondisi di Ukraina adalah 'invasi' disebut sebagai "tipikal metode bertanya media Barat". Kementerian Luar Negeri berkata "kami tidak akan terburu-buru pada sebuah kesimpulan".

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, mengatakan pihaknya memahami kekhawatiran keamanan Rusia.

China dan Rusia kini punya kemitraan strategis yang bertujuan melawan pengaruh AS. Kemitraan ini dibuat dalam pertemuan Putin dan Presiden Xi Jinping sebelum Olimpiade Musim Dingin di Beijing.

Di Ukraina, Kedutaan Besar China mengirim pesan kepada semua warga China yang bermukim di negara tersebut.

Kedutaan China menganjurkan warganya untuk mengibarkan bendera China pada mobil dan "saling membantu" serta menunjukkan "kekuatan China".

Seruan Indonesia dan dunia

Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa serangan militer di Ukraina "tidak dapat diterima" dan juga "sangat membahayakan keselamatan rakyat" dan "mengancam perdamaian serta stabilitas kawasan dan dunia."

Pernyataan pemerintah Indonesia yang disiarkan Kementrian Luar Negeri RI pada Jumat (25/02), juga meminta agar serangan itu dapat segera dihentikan dan meminta semua pihak agar menghentikan permusuhan serta mengutamakan penyelesaian secara damai melalui diplomasi.

Indonesia pun mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah nyata guna mencegah memburuknya situasi.

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : BBC


TERBARU