> >

Kasus Covid Tembus 57.000 dalam Sehari, Pemerintah Diperingatkan agar Tidak Terlalu Percaya Diri

Bbc indonesia | 18 Februari 2022, 10:35 WIB
Petugas mendorong tabung oksigen saat menyiapkan ruangan perawatan pada Tower 8 Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Pademangan, Jakarta, Selasa (15/6/2021) (Sumber: Kompastv/Ant)

Lapor Covid-19 memperingatkan pemerintah agar "tidak terlalu percaya diri" dengan situasi pandemi belakangan ini, karena perkembangan gelombang omicron belum bisa diperkirakan.

Peringatan ini disampaikan di tengah pernyataan Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan yang berencana melakukan "pelonggaran-pelonggaran" kebijakan "dengan monitoring yang ketat."

Lapor Covid-19 juga mengatakan pemerintah perlu memperkuat kebijakan konkret seperti meningkatkan testing dan tracing serta perlindungan tenaga kesehatan

Di lapangan, seorang tenaga kesehatan yang dikontak BBC News Indonesia mulai mengeluhkan beban kerja karena di tempatnya bekerja tenaga kesehatan yang terinfeksi Covid-19 sudah mencapai 50%.

Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mencatat rasio perawat dengan pasien sudah naik dua kali lipat di rumah sakit-rumah sakit utama Jakarta.

Sementara itu, ahli kesehatan meminta pemerintah tak menganggap enteng jumlah kasus kematian, dan menyerukan adanya audit kematian.

Baca juga:

Sampai Selasa (15/02), data resmi menunjukkan jumlah kasus mencapai 57.049 dan kasus meninggal tercatat 134.

Melani - bukan nama sebenarnya - mulai menghadapi penambahan beban kerja di salah satu RSUD di Jakarta Timur. Ia mengatakan, di fasilitas kesehatan tempatnya bekerja, setengah tenaga kesehatannya terinfeksi Covid-19.

Dalam satu kali sif kerja, awalnya ia merawat satu sampai dua pasien, namun belakangan ini harus melayani hingga 10 pasien Covid.

"Sejauh ini bed [ranjang] kita itu selalu terisi. [Pasien] terus-terusan ada," katanya.

Pemulasaran bagi pasien Covid-19 yang tak mampu bertahan juga meningkat.

"Ada terus pemulasaran Covid, dan tiap hari pun kita merujuk pasien Covid yang sudah sangat berat, yang nggak bisa isoman. Tiap hari pasti ada," katanya. Setiap pasien bisa menunggu hingga seharian untuk mendapat rujukan ke rumah sakit utama, tambahnya.

Situasi ini mengingatkannya kembali pada saat gelombang delta menghantam fasilitas kesehatan tahun lalu.

Situasi saat ini ia sebut "bakalan meledak deh nantinya" jika penanganan Covid dengan kasus omicron dilakukan tanpa strategi khusus.

"Itu masih terngiang-ngiang aja di saya. Mau membantu yang mana duluan, yang angka kehidupannya itu masih tinggi. Dengan posisi tenaga nggak ada.

"Menurut saya itu dilema. Kayak nangis sendiri. Mau nolongin orang nanggung-nanggung, sementara saya harus menjaga diri saya seperti apa," kata Melani yang saat itu juga bertugas sebagai pembungkus jenazah pasien Covid.

"Cemasnya tuh berlebih banget jadinya, kayak nanti kan mau jelang puasa apalagi. Kayaknya bakal naik banget nih. Bakalan meledak deh nantinya."

Beban perawat bertambah

Situasi ini diakui oleh Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Ketua Umum PPNI, Harif Fadillah yang mengatakan beban kerja perawat di sejumlah rumah sakit utama di Jakarta mulai meningkat.

Rasio antara perawat dengan pasien meningkat dua kali lipat, khususnya di UGD.

"Itu biasanya satu perawat mengawasi enam sampai delapan [pasien], karena kondisi banyak yang masuk juga, maka ia tenaga belum bisa menambah, itu mereka ada kalanya, melonggarkan rasio jadi satu orang [perawat] mengawasi 12-13 orang pasien," kata Harif.

Ia juga mencatat sejak Januari lalu, jumlah perawat yang melaporkan terkonfirmasi Covid-19 hingga 15 Februari sebanyak 275 perawat. Tapi ia meyakini jumlah sebenarnya jauh lebih besar, "karena belum [semua perawat] melaporkan di sistem."

Positivity rate nakes versi pemerintah

Berdasarkan keterangan Kementerian Kesehatan, jumlah tenaga kesehatan di Jakarta yang terinfeksi Covid-19 sudah lebih dari 30%.

Rinciannya, RS Ketergantungan Obat sebanyak 63%, RSUP Fatmawati 41%, RSPI Sulianti Saroso 40%, dan RS Jantung Harapan Kita 39%, seperti dikutip dari Antara.

Namun, belakangan data ini diralat Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Profesor Abdul Kadir. "Karena jumlah nakes yang diperiksa [saat itu] jumlahnya masih sedikit.

Tapi pada akhir-akhir ini jumlahnya sudah hampir 90% [yang diperiksa], ternyata positivity rate-nya itu di bawah 10%," katanya seperti disampaikan dalam laman YouTube Kemenkes Indonesia.

Ia juga mengatakan sejauh ini belum menerima laporan tenaga kesehatan yang meninggal akibat Covid-19.

"Bahwa teman-teman kita yang masuk dalam tenaga kesehatan ini, mereka itu sudah mendapatkan vaksinasi booster sampai tiga kali. Jadi memang mereka itu, ibaratnya siap tempur karena imunitas mereka itu sudah terjaga," kata Prof Abdul Kadir.

'Nggak perlu dikhawatirkan berlebihan'

Kondisi ini terjadi di tengah pernyataan pers Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan atas apa yang ia sebut "Nggak perlu ada yang dikhawatirkan berlebihan."

Penulis : Edy-A.-Putra

Sumber : BBC


TERBARU