> >

Pertamina Geothermal Energy (PGE) Perkenalkan Pengembangan Baru Energi Panas Bumi di ISF 2024

Advertorial | 10 September 2024, 13:35 WIB
Pada ajang Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Kamis (5/9), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) perkenalkan paradigma baru pengembangan energi panas bumi. (Sumber: Dok. Pertamina)

JAKARTA, KOMPAS.TV – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) sebagai perusahaan energi hijau kelas dunia terus mendorong pengembangan energi panas bumi untuk mendukung transisi energi Indonesia dan mendukung agenda Net Zero Emission (NZE) 2060.

Pada ajang Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Kamis (5/9), PGE menyampaikan paradigma baru yang menekankan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan untuk mempercepat pengembangan panas bumi sebagai tulang punggung transisi energi nasional. 

Kolaborasi antar pemangku kepentingan menjadi salah satu pesan utama yang digaungkan di ISF 2024.

Baca Juga: Pertamina Hijaukan Kembali Desa Besakih: Penanaman 200 Pohon di Kaki Gunung Agung

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut B. Pandjaitan, dalam sesi pleno menegaskan bahwa percepatan transisi energi memerlukan upaya kolektif yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, industri, hingga investor.

Menurutnya, masa depan transisi energi Indonesia bergantung pada komitmen kolaboratif dari semua pemangku kepentingan.

Sejalan dengan visi tersebut, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, menambahkan bahwa panas bumi merupakan solusi terbaik bagi Indonesia dalam perjalanan menuju energi bersih.

Karakteristik panas bumi yang mampu menjadi sumber energi baseload menjadi alasan kuat mengapa Indonesia perlu mengoptimalkan potensi ini melalui kolaborasi yang kuat antar seluruh pemangku kepentingan.

Untuk memaksimalkan potensi panas bumi yang ada, Direktur Utama PGE Julfi Hadi menyampaikan bahwa paradigma baru dalam pengembangan energi panas bumi dibutuhkan untuk membuat investasi di sektor energi terbarukan ini lebih menarik dengan menyesuaikan tingkat tarif.

“Selama ini tidak ada cara baru dalam pengembangan panas bumi, padahal kita perlu mempercepat pengembangan panas bumi dalam 6–8 tahun ke depan untuk mencapai target kapasitas panas bumi nasional sebesar 7 GW pada 2033,” kata Julfi Hadi.

Julfi menambahkan, Indonesia memerlukan terobosan untuk bisa menurunkan biaya pengembangan panas bumi dan mengubah paradigma melalui model bisnis yang baru.

Perubahan paradigma dalam pengembangan energi panas bumi menjadi penting, karena dengan tarif listrik panas bumi saat ini, perlu ada pendekatan yang lebih optimal untuk meningkatkan profitabilitas pengembang (independent power producers/IPP).

Penulis : Adv-Team

Sumber : Kompas TV


TERBARU