Upaya Warga Yogyakarta Hadapi Polusi Udara
Brandsight | 1 Februari 2021, 20:37 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Polusi udara merupakan masalah klasik yang dihadapi sejumlah kota penting di Indonesia, termasuk Yogyakarta. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), masyarakat Yogyakarta hanya menikmati udara bersih selama 50 hari dalam waktu enam bulan (2019).
Dalam Seminar Hasil Penghitungan Emisi (2016) yang dilakukan oleh Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada, kendaraan bermotor memiliki sumbangsih hingga 70% emisi karbon dan menjadi penyebab utama menurunnya kualitas udara di Yogyakarta.
Sementara menurut Litbang Kompas (2020), sisa emisi karbon berasal dari asap pabrik, asap pembakaran sampah, dan sumber pencemaran lainnya.
"Tidak bisa dipungkiri, kendaraan bermotor yang memanfaatkan bahan bakar fosil adalah sumber emisi karbon dioksida terbesar di Kota Yogyakarta,” ungkap Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) Sa'duddin, seperti dilansir dari laman UNPI.
Berdasarkan data yang dihimpun Litbang Kompas (2020), polusi udara merupakan isu penting ketiga bagi masyarakat Yogyakarta setelah Covid-19 dan kriminalitas.
Survei yang dilakukan kepada 500 responden di Yogyakarta, Sleman, dan Bantul itu juga menemukan bahwa mayoritas penduduk merasa tidak puas dengan kualitas udara di daerah mereka.
Namun dalam survei yang sama, 88,6 persen total responden di Yogyakarta mengaku masih menggunakan sepeda motor dalam kegiatan sehari-hari. Dua hingga tiga buah sepeda motor dapat dimiliki oleh rata-rata satu keluarga di Yogyakarta.
Banyaknya penggunaan sepeda motor juga dicatat sebagai masalah serius oleh Dinas Perhubungan D.I. Yogyarkarta sebagai sumber kemacetan. Dilansir dari Tribunnews, jumlah kendaraan roda dua meningkat 211 persen menjadi menjadi 222.915 unit dalam satu tahun (2017).
Rata-rata konsumsi bahan bakar mingguan mencapai 5,1 liter bensin atau setara Rp 40.690 per sepeda motor. 63,8 persen di antaranya, menurut Litbang Kompas, tidak menggunakan bahan bakar ramah lingkungan karena pertimbangan harga.
Kebjakan dan kerja sama masyarakat
Polusi udara merupakan masalah kompleks yang membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak termasuk masyarakat.
Berdasarkan hasil survei yang dihimpun Litbang Kompas, kepedulian masyarakat Yogyakarta terhadap isu pencemaran lingkungan terbilang baik.
Meskipun baru 39 persen responden yang memiliki ruang terbuka hijau memadai, keinginan untuk menjadikan sebagian lahan mereka sebagai ruang terbuka hijau menunjukan respon yang sangat positif.
Penulis : Elva-Rini
Sumber : Kompas TV