Yuk Beralih ke Televisi Digital!
Advertorial | 10 Desember 2020, 20:20 WIBJakarta, KOMPAS TV – Pemerintah terus mendorong akselerasi penguatan industri TV digital. Melalui Analog Switch Off (ASO), Pemerintah tengah merancang kebijakan migrasi digital menyusul 85 persen negara yang lebih dulu menggunakan teknologi TV digital.
Sistem ini dinilai mampu merevolusi siaran TV Indonesia hingga menciptakan multiplier effect di bidang ekonomi digital.
Pemerintah memasang target jelas dan serempak diterapkan untuk 728 lembaga penyiaran, juga industri terkait seperti produsen perangkat untuk mempercepat proses digitalisasi.
Giatnya Pemerintah bersinergi dalam hal ini bukan tanpa alasan. Dibanding TV analog, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari sistem digital tidak hanya untuk pemirsa, tetapi juga untuk negara.
Kualitas siaran TV analog jauh dari sempurna. Sinyal rentan terkena gangguan menyebabkan kualitas gambar dan suara menjadi kabur atau berbintik saat diterima masyarakat, terutama mereka yang tinggal jauh dari sinyal pemancar.
Hambatan tidak hanya dirasakan pemirsa saja. Bagi negara, sistem analog bisa dibilang boros. Lembaga penyiaran harus mempunyai pemancar masing-masing yang menggunakan listrik sangat besar untuk menjangkau wilayah luas.
Di sisi lain, sistem digital dalam penyiaran TV memberikan banyak keuntungan, di antaranya;
- Lebih banyak program bisa disiarkan
- Sinyal TV digital menghasilkan kualitas gambar dan suara jauh lebih baik
- Kemampuan menjangkau wilayah-wilayah perbatasan
- Bebas biaya berlangganan
Tidak heran, rendahnya kualitas siar TV analog mendorong banyak masyarakat berlangganan TV kabel dan satelit untuk memperbaiki kualitas siaran.
Tidak hanya dari aspek teknis, digitalisasi penyiaran TV juga memantik efisiensi, pemerataan, dan pertumbuhan ekonomi.
Boston Consulting Group memperkirakan transformasi analog ke digital ini akan mendorong penambahan 181 ribu usaha baru, 232 ribu lapangan pekerjaan baru serta Rp 77 triliun peningkatan pajak dan PNBP, serta Rp 443.8 triliun peningkatan kontribusi pada PDB nasional.
Penulis : Haris-Mahardiansyah
Sumber : Kompas TV