JAKARTA, KOMPAS.TV – Ekonomi digital terus didorong untuk menjadi tulang punggung pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi dan seterusnya. Data Bank Indonesia (BI) memperkirakan, total nilai transaksi digital menyundul Rp 530 triliun pada 2022.
Adanya pandemi Covid-19 mendorong banyaknya perusahaan bermigrasi ke cloud untuk efisiensi biaya dan kelincahan menghadapi beragam situasi. Pembatasan sosial telah berdampak signifikan pada peningkatan aktivitas ekonomi berbasis internet, seperti platform marketplace dan keuangan digital.
Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Johnny G. Plate menyebutkan, proyeksi ekonomi digital Indonesia tahun 2030 mencapai 330 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 4.500 triliun. Jumlah ini dua kali lipat dari ekonomi digital ASEAN saat ini.
Besarnya prospek ekonomi digital perlu didukung dengan kebijakan membentuk ekosistem digital yang optimal. Untuk itu, Kominfo telah menyiapkan road map atau peta jalan digital Indonesia 2021-2024 dengan 4 (empat) prioritas.
“Yang ada di dalam itu (road map) empat prioritas, pertama menyelesaikan sektor infrastruktur digital (Information and Communication Technologies/ICT), pemerintahan digital, ekonomi digital, dan masyarakat digital. Ini harus melibatkan banyak lembaga dan sektor-sektor privat,” ucap Johnny dalam B-Talk bertajuk “Upaya Total Mendorong Ekonomi Digital” di KompasTV.
Baca Juga: Provinsi Bali Kejar Transformasi Digital Pulau Pintar dengan AWS Cloud
Pembangunan digtal ICT di seluruh wilayah nasional, khususnya di wilayah 3T tengah disiapkan. Perusahaan penyedia layanan operator didorong untuk menghadirkan sinyal 4G yang kuat untuk menghubungkan berbagai pulau di Indonesia.
Tak hanya itu, industri data center atau pusat data di Indonesia juga tengah bertumbuh pesat, terlebih dengan kehadiran Amazon Web Services (AWS) Cloud region Indonesia dengan 3 (tiga) wilayah availability zone.
Kebutuhan yang tinggi akan hadirnya pusat data juga diindikasikan dengan berbagai rencana pembangunan kota pintar (smart city) atau pulau pintar (smart island), yang telah dimulai salah satunya oleh Provinsi Bali.
Kendati demikian, di samping membangun infrastruktur secara besar-besaran, peta jalan digital masih menghadapi tantangan, khususnya dalam ketersediaan talenta digital yang akan mengelola infrastruktur digital.
“Ekonomi GDP Indonesia ditopang 60 persennya oleh UMKM dan ultra mikro, sehingga migrasi aktivitas UMKM sebagai penopang harus jadi hal utama. Karena piramidanya paling banyak di UMKM dan ultra mikro, maka itu yang jadi prioritas untuk didukung dan didorong,” terangnya.
Untuk mendorong transformasi digital yang optimal, Indonesia perlu menyiapkan talenta digital di seluruh level, mulai dari basic skill hingga menengah atau intermediate.
Johnny menegaskan, talenta digital yang memiliki kemampuan di kurikulum teknik seperti cloud computing, big data, artificial intelligent (AI), internet of things (IoT), virtual reality (VR), dan lain sebagainya sangat diperlukan untuk mencapai visi Indonesia 4.0.
Country Manager AWS Indonesia, Gunawan Susanto memberikan dukungan program Indonesia 4.0. Gunawan berpendapat bahwa program tersebut dapat memberikan dorongan bagi masyarakat ekonomi Indonesia untuk bisa bergerak maju lebih cepat.
“Program Indonesia 4.0 ini kami percayai akan memberikan dorongan bagi masyarakat, baik itu di area small medium bisnis, UMKM, maupun skala menengah atau besar, termasuk startup, company, dan sebagainya. Mereka melihat kebutuhan cloud untuk efisiensi dari sisi compute, storage, database, dan lainnya, serta lebih agile dan cepat berinovasi,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.