JAKARTA, KOMPAS.TV – Pandemi Covid-19 telah meningkatkan lalu lintas internet secara nyata, karena banyak aktivitas telah beralih secara online. Bandwidth internet global naik mencapai 35 persen pada tahun 2020, dibandingkan dengan 26 persen pada tahun sebelumnya.
Direktur Teknologi dan Logistik United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), Shamika N. Sirimanne melaporkan, lalu lintas Protokol Internet (IP) global pada tahun 2022, baik domestik dan internasional, dipekirakan akan melebihi semua lalu lintas Internet hingga 2016.
“Data menjadi semakin penting tidak hanya dalam pembangunan ekonomi, tetapi juga sumber daya yang strategis. Jika dikelola dengan baik, data dapat membantu kita mengatasi beberapa masalah global, seperti tantangan pandemi, perubahan iklim, dan mencapai Sustainable Development Goals (SDGs),” kata Sirimanne dalam Peluncuran Digital Economy Report 2021 oleh UNCTAD yang dilaksanakan secara hybrid di Jenewa, Swiss Rabu (29/9/2021).
Kendati demikian, Shamika menekankan bahwa ekonomi digital berbasis data juga menciptakan kesenjangan data dan kesenjangan digital.
“Sementara setengah dari populasi dunia masih offline, di LCDs (low-income countries) hanya 1 dari 5 orang menggunakan internet. Bahkan ketika ada, biasanya pada kecepatan yang relatif rendah,” lanjutnya.
Perdebatan internasional tentang bagaimana mengatur aliran data lintas batas(cross-border) pun masih sering menemui jalan buntu dan cenderung terpolarisasi.
Baca Juga: Menparekraf RI: Dunia Harus Berinvestasi dalam Bidang Literasi Digital dan Finansial
Laporan tersebut menunjukkam, lanskap peraturan saat ini tidak merata dan mencerminkan pendekatan yang sangat berbeda diadopsi oleh berbagai negara, dengan pengaruh kuat dari kekuatan ekonomi utama.
Untuk itu, UNCTAD mendorong diskusi untuk membahas kebijakan publik dalam mengatasi kebutuhan perdagangan, keuangan, investasi, dan teknologi yang belum terpenuhi di negara-negara berkembang, khususnya di tengah tantangan Covid-19.
Kebijakan publik ini diperlukan untuk mendorong tata kelola inovatif di tingkat nasional, regional, dan multilateral; menyeimbangkan kepentingan dan kebutuhan yang berbeda; serta mendukung pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan dengan partisipasi penuh dari semua negara.
Potensi aliran data di Indonesia
Pemerintah Indonesia juga menaruh perhatian penuh atas arus dan pengembangan data lintas batas. Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, menyatakan hal itu sebagai antisipasi atas potensi aliran data yang berkontribusi besar bagi potensi kemajuan ekonomi digital Indonesia.
“Tidak diragukan lagi, data digital sangat penting untuk keberlanjutan ekonomi masyarakat. Menyadari pertumbuhan ekonomi berbasis data yang sangat besar, Indonesia telah mengedepankan isu tata kelola transfer data di berbagai forum internasional, salah satunya adalah Forum G20,” paparnya dalam diskusi yang sama, Rabu (29/9/2021). Menteri Komunikasi dan Informatika mengikuti secara daring dari Jakarta.
Mengutip laporan GSMA tahun 2018, pemanfaatan arus data dan proses digitalisasi telah meningkatkan produktivitas, dan berkontribusi secara signifikan terhadap PDB Indonesia sebesar USD 24,5 miliar untuk sektor penjualan ritel dan USD 34,5 miliar untuk sektor manufaktur.
“Sebuah studi dari AlphaBeta pada tahun 2019 juga memperkirakan bahwa pada tahun 2030, arus digital akan memungkinkan perdagangan digital Indonesia untuk mendapatkan sekitar lebih dari USD 160,8 miliar nilai ekonomi,” ungkapnya.
Menkominfo mengapresiasi diterbitkannya Digital Economy Report 2021 yang memiliki manfaat dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030.
Baca Juga: Upaya Peningkatan Perlindungan Konsumen Melalui Kerja Sama Internasional
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.