Dulu, mimpi perempuan cenderung sederhana dan berpola. Sekarang, perempuan sudah berani memasuki lini kehidupan yang setara laki-laki seperti menjadi ahli mesin, pilot, bahkan pemangku jabatan presiden.
Baca Juga: Beban Ganda Tenaga Medis Perempuan di Tengah Pandemi
Tidak berlebihan rasanya mengatakan perempuan adalah pilar suatu bangsa. Jika bangsa adalah istana, perempuan adalah pilarnya.
Jika bangsa itu mau kuat, maka perempuannya harus diberdayakan mulai dari pendidikan, kesehatan, dan kesempatan mereka dalam berkiprah di kehidupan sosial masyarakat.
Seperti ungkapan “perempuan adalah madrasah pertama”, memberikan pendidikan kepada perempuan sama dengan memberikan pendidikan kepada satu keluarga. Pendidikan kepada perempuan harus menjadi prioritas strategis pembangunan.
Selama aktif dalam berbagai kegiatan, Valencia juga menyadari keterlibatan perempuan dalam gerakan sosial sangat sentral. Perempuan memiliki swadaya yang dapat mendukung dirinya sendiri dan dukungan terhadap sesamanya.
Bagi perempuan, bekerja dari hati demi kebahagiaan banyak orang merupakan hasrat yang layak dipenuhi. Secara timbal balik, hasrat itu pula yang menjadi energi dan kekuatan perempuan untuk bergerak memberi dampak lebih banyak.
Ini sekaligus menjadi bukti bahwa kondisi emosional dan mental yang sering dianggap sebagai kelemahan perempuan bisa menjadi kekuatan untuk dirinya dan lingkungan sekitarnya.
Tantangan mewujudkan cita-cita perempuan
Perempuan akan melahirkan anak-anak yang kelak menjadi penerus bangsa. Namun, masih banyak hal mesti dibenahi terkait hak perempuan.
Kasus pernikahan anak usia muda dan masalah gizi masih banyak terjadi. Banyak anak tidak sempurna terlahir dari rahim ibu yang malnutrisi.
Konstruksi sosial dan budaya membuat perempuan dan anak-anak masuk ke dalam kelompok yang rentan. Untuk memperbaiki hal ini, diperlukan gerak lebih maksimal dari seluruh masyarakat untuk menciptakan terobosan dan penguatan secara hukum dan tradisi budaya.
“Yang menjadi PR kita adalah bagaimana gerakan itu tidak hanya sekadar wacana saja, tetapi bagaimana diimplementasikan menjadi aksi nyata. Dan itu harus benar-benar terjun ke grassroot,” tegas Director Executive Democracy and Electoral Empowerment Partnership, Neni Nur Hayati.
Baca Juga: Perempuan Kepala Keluarga, antara Dukungan Moral dan Modal
Menurut Neni, masyarakat harus menyadari kedudukan antara perempuan dan laki-laki setara.
Perjuangan perempuan bukan untuk berkompetisi dengan laki-laki, tetapi untuk membuka ruang lebar bagi perempuan sehingga mereka memperoleh kesempatan sama dalam sektor apa pun.
Diskusi ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Spesial Hari Ibu oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam mendukung perjuangan panjang perempuan melawan stigma dan memperbaiki sistem di masyarakat.
Melalui diskusi terbuka publik, perjuangan perempuan diharapkan bisa dimaknai dengan lebih luas, yakni bagian dari upaya membangun masyarakat yang adil, inklusif, dan sejahtera.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.