Kompas TV internasional kompas dunia

Korea Utara Peringatkan Aliansi AS dan Australia, Bisa Picu Perlombaan Senjata Nuklir

Kompas.tv - 20 September 2021, 13:19 WIB
korea-utara-peringatkan-aliansi-as-dan-australia-bisa-picu-perlombaan-senjata-nuklir
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Desy Afrianti

PYONGYANG, KOMPAS.TV - Korea Utara memperingatkan kondisi yang akan timbul atas imbas alinasi Amerika Serikat (AS) dan Australia terkait kapal selam tenaga nuklir.

Kementerian Luar Negeri Korea Utara menegaskan hal itu akan memicu perlombaan senjata nuklir di wilayah Asia-Pasifik.

Pekan lalu, AS mengumumkan pakta keamanan khusus bersama Australia dan Inggris.

Salah satu hasil pakta itu adalah AS akan menyuplai kapal selam tenaga nuklir ke Australia.

Baca Juga: Nazi Ternyata Pernah Kirim Tim ke Tibet untuk Telusuri Asal-usul Bangsa Arya

Hal itu dilakukan untuk menghadapi semakin meningkatkan kekuatan China di Laut China Selatan.

Namun hal itu tak lepas dari pantauan Korea Utara. Negara yang dipimpin Kim Jong-un itu pun kemudian memperingatkan dampak yang akan ditimbulkan.

“Ini adalah tindakan yang sangat tidak diinginkan dan berbahaya, serta akan mengganggu keseimbangan strategis di kawasan Asia-Pasifik, serta memicu rantai perlombaan senjata nuklir,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Korea Utara melalui KCNA, seperti dikutip dari South China Morning Post.

“Hal ini menunjukkan bahwa AS merupakan pelaku utama yang menggulingkan sistem non-proliferasi nuklir internasional,” ujarnya.

Korea Utara sendiri telah meluncurkan dua rudal dalam sebuah uji coba, Rabu (15/9/2021).

Baca Juga: Aksi Heroik Anjing Polisi, Tangkap Penjahat Meski Disabet Golok 20 Kali

Beberapa jam setelahnya Korea Selatan melakukan uji coba rudal kapal selam.

Hal itu diyakini membuat ketegangan di Semenanjung Korea menjadi semakin panas.

Sementara itu, Pakta Keamanan Khusus yang dibuat oleh AS, Inggris dan Australia tersebut tak hanya berkisar kerja sama kapal selam tenaga nuklir.

Pakta itu juga mencakup kerja sama terkait intelijensi buatan, teknologi kuantum dan siber.



Sumber : South China Morning Post

BERITA LAINNYA



Close Ads x